KOTAMOBAGU– Edukasi dan tingkat pemahaman masyarakat di Indonesia yang masih lemah terhadap vaksinasi dan banyak hal tentang penyebaran COVID-19, membuat Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nasional, Reisa Brotoasmoro angkat bicara.
BACA JUGA: Hipertensi, Walikota Tatong Batal Ikut Vaksinasi
Dia menyampaikan, vaksin virus Corona tidak serta merta menimbulkan imunitas atau kekebalan usai disuntikkan pertama kalinya. Ditegaskan Reisa, dibutuhkan penyuntikan vaksin dosis kedua untuk menghasilkan kekebalan optimal.
“Kita wajib untuk melaksanakan penyuntikan pada dosis kedua untuk dapat menghasilkan kekebalan yang optimal yang dibangun oleh tubuh kita sehingga imunitas kita makin kuat melawan COVID-19,” kata dokter dan model ini dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (1/2). Menurut Reisa, dosis pertama vaksin berfungsi untuk mengenalkan inactivated virus atau virus tak aktif ke tubuh.
“Melalui vaksinasi dosis pertama, vaksin akan bekerja sama dengan tubuh untuk membentuk sistem kekebalan atau antibodi baru. Sementara, vaksin dosis kedua berperan sebagai booster atau menguatkan fungsi vaksin,” kata perempuan 35 tahun ini. Reisa memaparkan lebih lanjut, gunanya untuk meningkatkan kekuatan vaksin sehingga dosis kedua tersebut itu dapat membuat antibodi yang terbentuk itu semakin kuat dan optimal.
Ditambahkan sang Putri Indonesia Lingkungan, vaksinasi dosis kedua idealnya dilakukan 14 hari pasca vaksinasi dosis pertama. Olehnya, Reisa menjelaskan para tenaga kesehatan (Nakes) yang menjadi prioritas vaksinasi COVID-19 tahap pertama, baik dokter maupun perawat, untuk melakukan tahapan vaksinasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
“Pemberian jeda 14 hari ini juga sesuai dengan petunjuk teknis vaksinasi dari Kementerian Kesehatan,” sampai Reisa lagi. Dipaparkan, saat ini tercatat sudah lebih dari 500.000 tenaga kesehatan di berbagai kabupaten/kota disuntik vaksin.
BACA JUGA: Pencanangan Vaksinasi COVID-19 Resmi Dibuka, Bupati Iskandar: Vaksin Aman dan Halal
Di bagian akhir Reisa mengingatkan, meski vaksinasi sudah dimulai, seluruh pihak tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. “Demi menjaga dan melindungi diri kita, anak, dan keluarga kita, lakukan semuanya. Disiplin 3M protokol kesehatan yang ketat, tetap di rumah saja. Semuanya harus dilakukan secara bersama-sama,” kata spesialisasi forensik DVI (Dissaster Victim Identification) yang terlibat dalam proses investigasi korban Sukhoi dan beberapa bom terorisme di Jakarta ini. (*/KOMPAS.com)