Lensa,POLITIK — Dalam memperebutkan kursi Kepala Daerah di Pilkada serentak 2018 nanti, setiap pasangan calon (Paslon) yang bakal bertarung harus mempunyai strategi masing-masing untuk bisa memikat hati masyarakat.
Di Pilwako Kotamobagu, sudah ada 3 Paslon yang bakal bertarung. Tentu mereka harus menyusun strategi untuk bisa memikat hati masyarakat dalam memenangkan Pilwako nanti.
Jika dilihat, strategi money politic (politik uang) masih sangat berpengaruh untuk kemenangan di Pilwako 2018.
Menurut pengamat politik Muhammad Jabir, dari 100 persen pemilih di Kotamobagu, sekitar 58 persen pemilih itu akan terpengaruh dengan money politic.
“Money politic masih sangat berpengaruh. Artinya, kontestan Pilkada harus siap dengan ongkos politik dan siapkan jaringan pemenangan yang tangguh. Setidaknya mendapat 52 persen suara pemilih, entah dengan pendekatan emosional atau harus dengan ongkos politik,” kata Jabir kepada Lensa.news.
Lanjutnya, tatap muka langsung dengan pemilih itu hal yang sangat penting terutama untuk petahana.
“Untuk petahana, kampanye keberhasilan selama memimpin itu penting dan bagi penantang perlu pemaparan rencana pemerintahan jika terpilih dan tentunya akan memimpin lebih baik dibandingkan dengan petahana,” ujar Jabir.
Tak hanya itu, Jabir juga memaparkan, Perang opini juga perlu dilakukan masing-masing kandidat dan tim.
“Perang opini perlu dilakukan baik lewat media maupun langsung ke pemilih melalui kegiatan sosialisasi kandidat dan tim,” jelasnya.
Sementara, menurut Taufik Tumbelaka, selain money politic, strategi sosialisasi yang baik kepada pemilih juga menjadi senjata ampuh.
“Masyarakat Dalam menentukan pilihan yang paling utama adalah pengenalan kepada figur yang akan menjadi kandidat, untuk itu perlu strategi sosialisasi yang baik kepada pemilih. Karena dengan semakin familiarnya masyarakat terhadap calon Pemimpinnya akan menaikan peluang naiknya presentase elektabilitas atau tingkat keterpilihan,” kata Tumbelaka.
Untuk money politics, dikatakan Tumbelaka memang jadi momok dan negatifnya politik praktis. Akan tetapi makin kuatnya aturan dan pengawasan maka strategi sosialisasikan figur dalam upaya meningkatkan popularitas dan elektabilitas bisa menjadi senjata ampuh.
“Untuk itu strategi dan kekuatan tim pemenangan harus dikedepankan selain kekuatan figur,” ujar Tumbelaka. (Tri)