Lensa.News, KOTAMOBAGU — Sekitar satu jam berselang semenjak kedatangan para mahasiswa HMI di kantor DPRD KK (08/10), terdengar suara lantang dari megaphone di luar gedung. Nampaknya gelombang kedua datang dalam jumlah yang lebih banyak dari pertama.
Turut ambil bagian dalam demo sore tadi beberapa organisasi kemahasiswaan (selain HMI yang telah datang terlebih dahulu) seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), serta paguyuban se Bolaang Mongondow Raya.
Masih menuntut hal yang sama seperti hari sebelumnya, mahasiswa menuntut DPR untuk bersama-sama dengan rakyat menolak RUU Omnibus Law yang telah disahkan, dan menuntut presiden untuk mengeluarkan PerPu untuk membatalkan Undang-Undang yang telah disahkan oleh DPR-RI.
Baca juga: Mahasiswa Tolak Omnibus Law, Demo Terjadi di Gedung DPR KK
“Kami juga menuntut Kapolri untuk mencabut Kapolres (KK) karena aksi yang kemarin dilakukan oleh mahasiswa berujung pada aksi pemukulan oleh beberapa anggota kepolisian dan mengakibatkan ada sekitar 5 orang yang sempat dirawat,” ujar Azhar Hampan, akrab disapa Ar, salah satu “man of the match” dari IMM kepada tim redaksi Lensa.news.
Sesuai komitmen yang telah disepakati kedua belah pihak (mahasiswa dan anggota DPRD KK), DPRD KK meminta waktu sampai 1 minggu untuk membahas, merundingkan, serta menindaklanjuti tuntutan para mahasiswa.
Meskipun situasi memanas, ditengah guyuran hujan sepertinya emosi bisa sedikit reda. Buktinya bisa ada titik temu antara para pendemo dan pihak yang didemo.
“Walaupun kami belum puas dengan hasil yang kami dapatkan tadi, tapi kami bersyuskur bahwasanya sudah ada benang hijau antara kami dan DPR-RI. Dan kami tetap akan turun hari Rabu nanti, sebagai bentuk respon terhadap apa yang dijanjikan kepada kami oleh DPRD KK, dan kemungkinan besar akan lebih banyak yang akan turun. Perjuangan akan tetap ada,” jelas Ar yang masih menggigil kedinginan demi menyuarakan aspirasi rakyat kepada para anggota dewan.
(Chong)