KOTAMOBAGU – Legenda sepakbola dunia, Diego Maradona meninggal dunia, akibat henti jantung. Mantan mertua bintang Manchester City, Kun Aguero ini menghembuskan napas terakhir di rumahnya, Kamis (26/11/2020) pagi WITA.
Pada awal November ini, Maradona sempat menjalani operasi akibat hematoma subdural yang merupakan gumpalan darah di permukaan otak. Operasi yang berlangsung di klinik Olivos, Ipensa Sanatorium di La Plata, Argentina, berjalan sukses.
Dua gol paradoksal
Pria 60 tahun itu sangat berjasa untuk Argentina saat memenangi Piala Dunia 1986. Perannya begitu dominan di turnamen yang diselenggarakan di Meksiko itu. Maradona mencetak lima gol, hanya kalah dari top scorer Gary Lineker (Inggris) yang mencetak enam gol.
Namun dua golnya (kebetulan dicetak versus Inggris di perempat final) begitu fenomenal, melegenda, dan paradoksal: satu dihujat karena menggunakan tangan -dikenal dengan “gol tangan Tuhan- dan satunya terus dikenang sebai yang salah satu gol terbaik sepanjang masa, solo run dari tengah lapangan, melewati hadangan lima pemain, sebelum menceploskan bola!
Maradona mulai terkenal saat mengantar Argentina juara Piala Dunia Junior 1979 di Jepang (Indonesia ikut waktu itu). Masa depannya digadang-gadang cerah. Namun di Piala Dunia 1982 di Spanyol, pemain boncel kaki kidal ini gagal bersinar. Malah dia kena kartu merah kala melawan Brazil.
Selepas itu, 1983, Maradona ditransfer dari Boca Juniors ke FC Barcelona dan memecahkan rekor transfer kala itu. Dia tidak jelek amat di Barcelona, namun klub tidak terkenal Serie A Italia, Napoli membelinya, semusim kemudian.
Terusirnya Sang Dewa
Di Napoli lah, Maradona kemudian menjadi “dewa”. Klub kota Naples itu diantarkannya scudetto (juara Serie A) dua kali dan juara piala UEFA. Di setiap musim, dia selalu gemilang. Napoli benar-benar menjelma jadi klub yang ditakuti di Italia dan Eropa.
Begitu dihormatinya Maradona hingga nomor 10 dipensiunkan di Napoli, malah sampai saat ini. Kala Piala Dunia 1990 diselenggarakan di Italia, semifinal berlangsung antara tuan rumah melawan Argentina, di Naples. Bukannya mendukung Azzuri, warga Naples malah men-support Maradona dan kawan-kawan. Italia kalah -Argentina juga akhirnya kalah di final dari Jerman- dan dimulailah episode baru Maradona.
Dia dipaksa keluar dari Italia dan klub Napoli yang dicintai (dan menyintainya). Maradona bergabung ke klub Andalusia di Spanyol, Sevilla. Namun memang puncaknya sudah lewat, disamping kasus obat bius -salah satu modus pengusirannya dari Italia. Sang Dewa ini kemudian kembali ke klub lamanya, Boca Junior.
Maradona atau Messi?
Maradona sempat melatih timnas Tango berlaga di Piala Dunia 2010 di Afsel, dengan bintang utama Lionel Messi. Sayang, kiprah Argentina terhenti di perempat final.
FIFA menobatkan Maradona sebagai pemain terbaik dunia Abad- 20, bersama bintang Brasil, Pele. Begitu melegendanya dia, hingga bintang Argentina yang bersinar sebelum Messi, selalu dilekatkan juluk “Maradona baru”, mulai dari Diego Latorre, Ariel Ortega, Juan Roman Riquelme, Juan Sebastián Veron, hingga Pablo Aimar. Namun, tak ada yang pernah mendekati levelnya. Kecuali Messi.
Itupun debatable. Karena kendatipun Messi sudah meraih enam kali Bola Emas sebagai penghargaan pemain terbaik dunia (memegang rekor terbanyak), namun Messi belum pernah membawa tim Tango juara dunia. Pemain terbaik dunia tahun 2006, Fabio Cannavaro tegas menyatakan, “Messi bukan pemain terbaik sepanjang masa, tapi Maradona.”
Begitulah perjalanan hidup pemain bernama lengkap Diego Armando Maradona. Selamat jalan, Dewa. Adios. (cag)