RESENSI | Oleh Hamri Manoppo*)
Saya membaca cerita pendek (Cerpen ini) sangat senang. Tergolong Cerpen yang memang pendek. Cerpen ideal bergerak antara 3.000- 4.000 kata. Tapi Cerpen ini tak lebih dari 800 kata.
Sedangkan Cerpen panjang berkisar 4.000- 10.000 kata, batas sebuah Cerpen. Jika sudah di atas 10.000 kata sudah menjadi novelet menuju novel.
Novel sang penulis, baru saya kenal beberapa hari silam. Tapi membaca Cerpen ini saya gembira. Ada penerus alm Anwar T Syukur, penulis anak BMR.
Ektrinsik sastra dalam karya adalah gambaran, siapa penulis, bagaimana lingkungannya, idealinya dan sebagainya. Sedangkan instrinsik sastra adalah teori yang penulis miliki mulai dari tema, plot, tokoh cerita, suspence, dan interpretasi kehidupan.
Novel adalah bagian dari sekelompok putra BMR yang kini getol menggali sejarah sebagai jati diri orang Mongondow. Generasi muda yang mulai merasa miskinnya buku sejarah budaya orang Mongondow. Berhari- hari kini duduk bersama teman- temannya menulis sejarah budaya orang Mongondow.
Di sinilah imajinasinya berkembang. Dengan ekstrinsik itu dia menulis cerpen “Rumah Tua dan Legenda Tongkat Musa”. Jika melihat judulnya, terkesan terlalu panjang sebagai sebuah Cerpen. Tapi antusias ingin memaparkan tema dan tujuan menulis Cerpen, penulis keburu menulis lewat judul. Biarlah pembaca cepat memahami bahwa orang Mongondow juga keturunan pengikut nabi Musa.
Perampungan ide besar yang penulis hanya kemas tak lebih dari 800 kata menyebabkan plot cerita ada yang ganjil. Padat sehingga dia mengatur seting peristiwa secara mendadak dengan teknik flashback cerita sedikit membentuk daya pikat.
Tokoh cerita, Owen dan Noval di awal cerita yang bersiap berangkat ke Dumoga, karena semakin tertarik dengan sebuah ornamen gambar yang ditemukan di sebuah rumah tua mengundang semangat tokoh utama cerita untuk bertindak. Lalu cathastrope atau keputusan akhir usai pemotretan oleh Owen ternyata rumah bersejarah ini telah dibongkar.
Ujung cerita sudah cukup menarik, ibarat hukum cerita, akhirilah cerita saat orang masih menyukainya. Secara kajian instrinsik sastra cerpen ini memang perlu penyempurnaan plot dan setting yang lebih kaya dan panjang menuju 3.000 an kata agar pembaca tak kehilangan arah.
Karakter tokoh yang getol mengejar sejarah budaya sudah cukup menarik dan bagus, ketika berangkat ke Dumoga tak boleh lagi ditunda. Kombinasi setting tempat, setting waktu dan setting peristiwa tiga hal yang bisa disempurnakan.
Bahasa sastra Noval sudah mulai baik, diksi mulai hemat dan metafora dengan melukiskan gejolak alam di sekitar cerita sudah mulai baik.
Saya gembira. Ketika dua penulis muda BMR, Nova Mamonto dan Anwar Syukur telah tiada, muncul pula dua penulis yang sedang berkembang: Novel Damopolii dan Cicilia Oday dari Dumoga.
Selamat merabah dunia sastra Ananda Novel. Ayo menulis terus!
Kope, 1 September 2021.
BACA JUGA: Rumah Tua dan Legenda Tongkat Musa
*) Penulis, mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bolmong, mantan guru, penulis puisi dan buku, pegiat sastra, budaya, dan sejarah Bolmong.