KOTAMOBAGU– Beberapa kebiasaan atau tradisi terpaksa hilang dimasa pandemi Covid-19. Salah satunya adalah jabat tangan yang akhir-akhir ini tak lagi dilakukan karena alasan menghindari kontak langsung dengan orang lain (anjuran Protkes).
Jebolan S2 Sosiologi Jusran Mokolanut mengatakan jabat tangan merupakan tradisi timur yang khas untuk mempererat tali silaturahmi dalam sosial masyarakat. Kebiasaan turun temurun ini menjadi terganggu semenjak adanya wabah pandemi Covid-19.
“Jabat tangan merupakan interaksi sosial terutama bila ada pertemuan antar dua orang atau lebih. Apalagi di daerah ini ada tradisi berkumpul banyak orang misalnya di hajatan hidup atau duka, jabat tangan pasti akan saling terjadi,” kata Jusran, Kamis (29/7).
Karena wabah yang mendunia ini, akhirnya mengubah kebiasaan baru bagi masyarakat Kotamobagu, salaman atau jabat tangan dihilangkan hanya dengan cara salam Corona, padahal kebiasaan itu telah mengakar turun temurun, tapi karena alasan keselamatan bersama maka protokol kesehatan (protkes) Covid-19, mengubah ke tradisi baru.
“Karena kita harus mengikuti protkes 3M, salah satu diantaranya menjaga jarak atau tidak ada kontak langsung dengan orang lain, maka jabat tangan dihilangkan,” katanya.
Dikatakan, interaksi sosial akhirnya mengalami banyak perubahan semenjak adanya Covid-19. Tapi itu demi kemaslahatan masyarakat dengan terpaksa harus diikuti, yang penting nilai-nilai sosial jangan pernah hilang.
“Anjuran pemerintah harus diikuti agar kita bisa selamat dan sama-sama memutus mata rantai penyebaran Covid-19, demi keselamatan bersama,” katanya.
Bahkan, ia sendiri telah menerapkan protkes Covid-19 bagi anggota keluarga, semenjak adanya varian baru yang muncul dan kebijakan pemerintah soal PPKM, maka nyaris semua pekerjaan dilakukan dari rumah.
“Istri saya seorang pegawai negeri, terpaksa melaksanakan tugasnya dari rumah belum masuk kantor karena telah dijadwalkan ngantor secara bergantian,” kata Jusran.
Dia juga mengimbau agar masyarakat tetap mengikuti ajuran pemerintah, karena apabila Covid-19 sudah benar-benar hilang maka tradisi-tradisi yang hilang bisa kembali digunakan.
“Namun saat ini kita terpaksa harus memilih untuk menjaga jarak, menghindari kerumunan dan memakai masker, sebagai bentuk ikhtiar agar Covid-19 bisa dikendalikan. Intinya, ada perubahan perilaku karena Covid-19, semoga secepatnya bisa berlalu,” imbuh anggota DPRD Kotamobagu ini. (And/**)