Lensa.News, Makassar – Sayatan maut dari sayap kiri a la David Silva, gelandang menyerang kelas dunia Spanyol yang kini bermain di Manchester City seperti terduplikasi oleh performa Raja Akib (10 tahun). Kendati sedang demam, Raja terus latihan dan dilanjutkan game pada latihan yang dipimpin Rimba Makkulau (36) yang tak lain adalah ayah pemain kidal ini.
Seusai bermain, Raja terkapar akibat sakit di bagian perutnya. Rimba menuntun anaknya untuk pemulihan. Demikian suasana latihan U-10 dan 11 Sekolah Sepakbola Persatuan Sepakbola Sulawesi (SSB Persis) Makassar di lapangan Karebosi.
Ini adalah pemandangan rutin setiap sore di “ibukota sepakbola Indonesia Timur” itu. Walaupun kondisi rumputnya mengenaskan, empat lapangan yang ada selalu dipadati game. SSB dan perkumpulan sepakbola (PS) Persis selalu latihan dan game di lapangan abadi yang sudah menetaskan legenda sepakbola Indonesia, Ramang dan Ronny Pattinasarani ini.
Bakat-bakat muda PSM Makassar, baik yang sedang dan pernah memperkuat PSM maupun merantau ke klub-klub papan atas tanah air dipastikan banyak “disemai” dari Karebosi. Pun sebagian lewat SSB Persis.
Coach Rimba adalah produk “akademi” Persis yang juga pernah memperkuat PSM seangkatan gelandang “pengangkut air” kelas timnas PSSI, Syamsul Chaeruddin. Saat ini, full back kiri PSM yang disiapkan berlaga di Liga1 Indonesia musim 2019, Reva Adi adalah produk Persis.
Persis merupakan salah satu klub pembinaan tertua di Makassar. Klub ini didirikan pada 19 September 1932. Itu artinya sudah sekitar 86 tahun Persis tetap eksis. Menurut coach Rimba, pembinaan usia dini menjadi fokus. Dari usia dini U-6 tahun hingga U-18.
Di sisi lain, Lapangan Karebosi adalah salah satu lapangan olahraga dan ruang publik masyarakat yang terdapat di pusat Kota Makassar. Lapangan Karebosi merupakan landmark (simbol ternama) di kota Makassar selain Pantai Losari.
Lapangan yang terletak kurang dari 500 meter dari Benteng Fort Rotterdam dan memiliki luas sekitar 11,29 hektare atau setara dengan 112.900 meter persegi ini dimodernisasi pada 15 Oktober 2003. Di bawahnya dibangun Karebosi Link, pusat grosir ternama di kota kelahiran para Karaeng.
Walau modernisasi terjadi, namun semangat juang anak-anak muda Makassar bersepakbola tidak pernah surut. Terbukti Karebosi tak pernah sepi. “Anak-anak latihan 4 kali seminggu. Jika ada turnamen, jadi 5 kali,” terang coach Rimba yang sehari-hari berprofesi sopir Gojek ini.
Di ufuk senja itu, keeping bola dilanjutkan passing bak Ponaryo Astaman, mantan kapten dan gelandang PSM dialirkan M. Resky (11). Semoga di masa depan Raja, Resky, dan anak-anak muda Makassar serta rekan-rekannya dari penjuru tanah air bisa mengharumkan nama PSSI di kancah sepakbola dunia.
Zaman yang kontemporer dan keterbatasan fasilitas tak seharusnya menggerus bakat-bakat muda kita. (Chag)