Lensa.News,KOTAMOBAGU — Insiden ambruknya Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, tepatnya di bukit super busa, Selasa (26/2/2019) kemarin, sampai dengan saat ini, proses evakuasi korban yang terjebak didalam runtuhan masih terus berlangsung.
Informasi terkahir, Kamis (28/2/2019) siang ini, sudah ada 26 korban yang berhasil dievakuasi oleh tim SAR Gabungan. 6 Diantaranya meninggal dunia, sedangkan 20 korban masih bisa terselamatkan meski ada yang mengalami luka berat.
Sebagian korban yang selamat sudah dipulangkan setelah mendapat perawatan intensif dari pihak Rumah Sakit Umum Kota Kotamobagu. Namun, yang lain masih mendapat perawatan oleh petugas medis yang ada di RSU.
Dari pantauan Lensa.news, ada sekitar 6 korban yang dirawat diruang bedah gedung tower RSU Kota Kotamobagu. Terlihat, ke 6 korban dalam keadaan sadar, akan tetapi mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan material.
Salah satu korban, atas nama Risko Tampoy warga Desa Mopusi, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolmong, ketika ditemui waratawan lensa.news, sedikit berecerita tentang kondisi mereka sebelum insiden ini terjadi.
Dia mengatakan, bahwa saat itu dia bersama 2 sahabatnya bersama dengan puluhan korban sedang bekerja didalam tambang. Nahasanya, sebelum peristiwa terjadi, tidak ada tanda-tanda akan ambruknya lokasi pertambangan itu. “Tidak ada tanda-tanda akan runtuhnya pertambangan, tiba-tiba saja ada suara gemuruh terdengar kemudian yang saya mendapat kabar kalau lokasi yang sudah tertutup dengan material-material yang diakibatkan longsor. Sebagian besar, para penambang yang ada di dalam tertimpah material longsor. Untung saja saya dan teman lain bisa selamat dari runtuhan material meski terjebak didalam hampir 2 hari dan mengalami luka-luka disekujur tubuh,” jelas Risko dengan posisi terbaring ditempat tidur ruang bedah RSU Kotamobagu.
Diketahui, proses evakuasi terus akan berlanjut, sampai seluruh korban baik yang hidup maupun sudah tak bernyawa lagi bisa tertolong.
(Tri)