BUPATI Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Yasti Soepredjo Mokoagow menjadi narasumber dalam acara bertajuk Perempuan Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi, yang digelar secara virtual oleh Tempo Media Grup, Jumat (23/4).
Pada acara tersebut, orang nomor satu di Bolmong ini bersanding dengan beberapa perempuan hebat di Indonesia lain, diantaranya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementrian BUMN Loto Seinaita Ginting, Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Elvira Lianita dan Ekonomi Indef, Enny Sri Hartati.
Kegiatan tersebut disiarkan secara live streaming melalui media sosial (Facebook) Koran Tempo dan Youtube Tempodotco.
Moderator yang juga Redaktur Ekonomi Bisnis Majalah Tempo, Retno Sulistyowati menanyakan kepada Bupati Yasti terkait dampak yang dirasakan oleh Kabupaten Bolmong saat pandemi Covid-19 terhadap perekonomian, dan kalau dikaitkan dengan perempuan bagaimana pemetaan pemerintah dan sejauh mana peran pemerintah.
Bupati Yasti lalu sedikit menggambarkan, Bolmong adalah sela satu Kabupaten di antara 15 Kabupaten/Kota yang terluas di Sulawesi Utara (Sulut) dengan 26 persen luas wilayah dari Provinsi Sulut secara keseluruhan.
“Luas wilayah Bolmong 26 persen dari wilayah Sulut, kami sangat kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Kami memiliki 70 ribu lahan perkebunan untuk jagung, 24 ribu lahan pertanian, 50 ribuan lahan untuk kelapa dalam, lima ribuan holtikultura, dan tujuh ribuan hektar kopi, cokelat dan sebagainya,” jelas Bupati Yasti.
Menurut Bupati Yasti, di masa pandemi Covid-19, Pemkab Bolmong dan masyarakat tidak begitu sulit untuk mengatasi perekonomian. Pemerintah memberikan berbagai stimulus, terutama di bidang pertanian, berupa bantuan bibit dan pupuk kepada petani.
Selain itu ujar Bupati Yasti, pemerintah juga melakukan kampanye supaya masyarakat tetap melaksanakan aktivitas berkebun dan nelayan tetap melaut karena besar bibir pantai Bolmong kurang lebih 121 kilometer.
Bupati Yasti juga memaparkan terkait optimalisasi lahan-lahan pertanian, dimana ada lahan pertanian yang belum digarap, dibuatkan Peraturan Bupati (Perbup), selanjutnya kepala desa diminta untuk mendata semua lahan yang ada di desa masing-masing baik yang sudah digarap maupun yang belum.
“Terkait lahan yang belum digarap pemerintah akan ikut campur tangan, Pemkab menghubungi pemilik lahannya untuk meminta kepada mereka supaya dipakai bercocok tanam. Atau setidaknya meminjamkan lahan tersebut ke orang lain untuk ditanam tanaman bulanan. Ini yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di masa pandemi naik dari 7 persen menjadi 7,03 persen, tertinggi di Sulut dan tertinggi di atas rata-rata nasional yang pada saat itu banyak daerah-daerah yang mines pertumbuhan ekonominya,” kata Bupati Yasti.
Bupati Yasti menjelaskan, alasan pemerintah mengambil inisiatif di bidang pertanian dalam menggerakkan ekonomi karena, Bolmong memiliki lahan pertanian yang begitu luas yang harus dimanfaatkan.
“Hari ini untuk melanjutkan produksi pertanian kita, kami tengah membangun kerjasama dengan OJK. OJK melihat potensi putaran ekonomi yang lebih besar ada di Bolmong, OJK menghimpun perbankan Nasional dan Daerah, juga menghimpun pembeli dalam hal ini mungkin java atau Pokpan tergantung OJK nanti. Sudah digelar dua kali rapat antara Pemkab Bolmong dan pihak OJK, insyallah bulan depan sudah ada keputusannya, kepada OJK kami meminta agar memberikan bantuan kredit perbankan kepada petani, guna menunjang perekonomian terutama dari sektor pertanian,” tutur Bupati Yasti
Bupati Yasti membeberkan, saat pandemi Pemkab mengalokasikan anggaran sebesar 30 miliar untuk bibit dan pupuk kepada petani, namun itu hanya mampu untuk kurang lebih 14.500 hektar lahan petani.
“Kalau saja Pemkab Bolmong memberikan subsidi bunga, karena bunga pinjaman untuk kredit UMKM itu enam persen, maka 300 miliar bunganya hanya 18 miliar, bayangkan saja kalau 30 miliar menghasilkan ekonomi 7,03 persen di masa pandemi, bagaimana jika 300 miliar pinjaman perbankan dan subsidinya diberikan oleh Pemkab, bisa dibayangkan berapa besar putaran ekonomi disitu,” terang Bupati Yasti.
“Kalau ini diseriusi oleh OJK, insyallah di bulan Juli mendatang nanti program ini bisa jalan, dan di Triwulan ketiga nanti kita sudah bisa melihat hasil yang luar biasa dan bisa dipastikan tingkat pertumbuhan ekonomi di Bolmong bisa di atas 7,3 persen kalau program ini bisa jalan,” ungkapnya.
Bupati Yasti juga mengharapkan agar Pemerintah Pusat memperhatikan potensi-potensi ekonomi di Bolmong.
Mengingat, bantuan bibit pupuk yang diberikan Pemerintah Pusat masih sedikit bila dibandingkan dengan luas lahan dan jumlah petani yang ada di Kabupaten Bolmong.
“Program Pemerintah pusat masuk tapi sedikit, sehingga memaksa kami untuk menguras APBD kita, kita alihkan dari dana pembangunan infrastruktur untuk memberikan bantuan stimulan kepada petani dalam bentuk bibit dan pupuk, kita menjaga supaya tak terjadi kelangkaan pangan disaat pandemi Covid-19,” jelas Bupati Yasti
Tak hanya itu, saat ditanyakan moderator terkait, peran para Kartini di Kabupaten Bolaang Mongondow, Bupati Yasti menjawab, di Bolmong hampir tak ada batasan terkait status gender untuk bertani, dimana perempuan di Bolmong hampir 70 persen membantu suaminya untuk bercocok tanam.
“Itu luar biasa hebat, dan kami pemerintah memberikan stimulus juga kepada para perempuan dengan mengoptimalkan peran PKK. Di Bolmong kita berikan bantuan bibit sayur mayur untuk ditanam di pekarangan rumah, karena rata-rata rumah di Bolmong mempunyai luas lahan 1000 meter persegi, sehingga lahan itu dimanfaatkan oleh ibu-ibu, di samping untuk konsumsi keluarga hasilnya, juga bisa dipasarkan. Oleh sebab itu pandemi Covid-19 tak begitu berpengaruh di Kabupaten Bolmong, Alhamdulillah,” kata Bupati Yasti,
Dalam closing statement, Bupati Yasti mengucapkan selamat hari Kartini dan berterima kasih kepada perempuan-perempuan Indonesia yang telah berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa.
“Terus berkarya, maju terus perempuan Indonesia untuk membangun bangsa kita tercinta, bangsa Indonesia,” tutup Bupati Yasti. (Advertorial/irw/vil)