KOTAMOBAGU—Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XVII Sulawesi Utara (Sulut) telah memulai proses ekskavasi penyelamatan di makam Loloda Mokoagow (Datu Binangkang) pada Selasa (27/8).
Adapun tujuan dari ekskavasi yang dilakukan adalah sebagai salah satu bagian dari upaya pelestarian.
“Biasanya dalam upaya pelestarian cagar budaya, kita akan melakukan pengupasan tanah untuk menyelamatkan tinggalan-tinggalan arkeologis yang terkubur dalam tanah,” ujar Faiz Muhamad Anis Kaba selaku Pamong Budaya Ahli Muda Arkeolog BPK wilayah XVII Sulut.
Di mana ekskavasi juga bertujuan untuk menyelamatkan data yang terancam rusak.
“Karena sifat dari benda-benda organik ini ketika tertimbun dalam tanah maka dia terancam musnah,” tambahnya.
Ekskavasi tersebut nantinya akan memunculkan bentuk asli dari makam Loloda Mokoagow.
“Upaya kita ini adalah salah satu upaya perlindungan dengan menampakkan struktur, istilahnya pondasi dari makam ini yang bisa diketahui secara utuh bentuknya dari pondasi makam yang kita peroleh dari pengupasan tanah,” terangnya.
Hasil dari proses ekskavasi itupun akan sangat berpengaruh pada penetapan cagar budaya nantinya.
“Ini akan memperkuat (penetapan cagar budaya, red). Dengan hasil ekskavasi ini akan menampakkan konstruksi untuk meyakinkan kita bahwa apa yang ada di catatan sumber primer (catatan Wilken dan Schwarz, red) itu sesuai dengan kondisi saat ini,” imbuhnya.
Bahkan menurutnya, makam Loloda Mokoagow berpotensi menjadi cagar budaya nasional.
“Kalau kita lihat dari semua sumber-sumber primer, peluangnya ada, untuk sumber historinya. Nah, sekarang dari teknologi makam, ini yang kita mau lihat, apakah teknologi makam menunjukkan kekunoannya dan diikuti raja-raja berikutnya,” pungkasnya.
Diketahui, ekskavasi penyelamatan yang dilakukan BPK wilayah XVII Sulut tersebut akan berlangsung kurang lebih selama 13 hari kedepan.