KOTAMOBAGU – Sejarah BMR yang minim literasi, kendati kuat dalam tradisi lisan, terus menjadi perhatian pegiat sejarah.
Belakangan, periset dan penulis muda, mulai yang bernaung di bawah komunitas seperti Pusat Studi Sejarah Bolaang Mongondow Raya (PS2BMR) dengan motornya Murdiono Mokoginta, Wahyu Andu dkk, The Bolmong Raya Institute yang diawaki Donald Tungkagi, pula Uwin Mokodongan, Sumitro Tegela dan sebagainya dengan gigih berjuang menghadiri diskusi, mengumpulkan dokumen dan mengampanyekan kesadaran literasi sejarah dan kebudayaan BMR.
Berpadu dengan tokoh senior dan kalangan pendidik, seperti Chairun Mokoginta, Hasman Bahansubu, Ridwan Lasabuda dan lain-lain, tanpa kenal lelah, antusiasme mereka seolah tak pernah padam demi mengampanyekan kesadaran literasi dan konstruksi sejarah itu tadi.
Dalam waktu dekat, berbarengan dengan momentum perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-76 tanggal 17 Agustus nanti, sehari sebelumnya, PS2BMR berkolaborasi dengan Monibi Institute dan Pussakabin ISC, bakal menggelar diskusi kesejarahan.
Diskusi yang bertema “Membedah Periodesasi Sejarah Bolaang Mongondow Raya” ini akan menghadirkan empat pemapar. Mereka masing-masing: Uwin Mokodongan, Murdiono Mokoginta, SE Gobel (pegiat sejarah Bolango, Bolsel), dan Ersad Mamonto (pegiat sejarah Bintauna dan Kaidipang Besar, Bolmut). Acara yang bakal dimoderatori Wahyu Andu ini rencananya akan dilaksanakan di Cafe Kopi Korot, kawasan Jalur Dua, Kotobangon, Kotamobagu Timur.
Menurut Ketua PS2BMR, Murdiono Mokoginta, Bolaang Mongondow Raya (BMR) sebagai suatu entitas diantara bangsa-bangsa di Indonesia juga memiliki masa lalu yang harus direkonstruksi berdasarkan periodesasi sejarah yang jelas.
“Dengan jelasnya periodesasi sejarah akan mempermudah orang membaca masa lalu dengan batasan waktu yang jelas berdasarkan pada fakta sejarah yang mendasar,” papar PNS berprofesi guru yang akrab disapa Dion ini.
Diskusi ini juga, lanjut Dion, selain dalam momentum peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-76 bertepatan dengan Hari Lahir (Harla) PS2BMR. Olehnya, Dion yang telah menghasilkan dua buku itu mengharapkan partisipasi seluruh pegiat sejarah untuk hadir dan memberikan kontribusi pemikiran dan informasi kongkrit.
BACA JUGA: Catatan Dunnebier tentang ‘Monibi’ (Bag. I)
Akan halnya pelaksanaan hajat ini masih dalam situasi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat Pandemi Covid-19, Sekretaris PS2BMR, Algifari Yulio Sugeha pada kesempatan yang sama menjamin bahwa diskusi ini dilaksanakan dengan standar prosedur kesehatan (Prokes) pencegahan Covid-19. (*)