Lensa.News,Boltim—Pemilihan umum (Pemilu) serentak tahun 2019 yang akan melahirkan Pemimpinan Negara yang baru, sejumlah Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) baru, sejumlah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tingkat daerah, provinsi hingga pusat yang baru, adalah bencana bencana nasional. Ini dikatakan Sehan Salim Landjar SH, ketika melihat situasi nasional yang menurutnya sangat darurat. “Ini bencana Negara, bencana nasional. Pemilu Indonesia masuk kategori darurat. Kenapa? Karena banyak memakan korban jiwa. Ini sangat memprihatikan, ada 109 PPS dan KPPS dan 15 Anggota Poliss yang meninggal dunia,” kata Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) dua periode ini, dihadapan sejumlah wartawan siang tadi.
Bayangkan saja, lanjut Sehan yang juga menjabat Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Utara (Sulut) ini. bahwa bencana alam yang mengorbankan banyak nyawa manusia, disorot semua mata. Tetap Pemilu serentak yang mengorbankan ratusan nyawa para pahlawan demokrasi, seperti tidak hangat dan kurang diperhatikan di seluruh daerah. “Pesawat jatuh, korban bencana alam kita peduli. Masa Pemilu yang sudah mengorbankan saudara kita terasa adem-adem. Kita ini dilirik banyak Negara loh, karena sudah 12 kali pemilu di Indonesia, tapi baru kali ini yang cukup amburadul, dan juga tidak transparan. Sudah seminggu tapi masyarakat belum menerima pengumuman dari penyellenggara siapa pemimpin Negara kita,” ujarnya kesal.
Dia menduga, ada permainan yang terjadi di Negara tanpa menyebutkan kubuh mana. sehingga tidak ada yang berani mengumumkan hasil pemilihan presiden tahun 2019. “jangankan saya, masyarakat yang jarang menerima informasi dari media saja, tentu banyak menduga-duga, ada apa dengan Negara ini,” ujarnya.
Sehan pun mengkritisi penyellengaraan pemilu serentak tahun 2019 yang menurutnya sangat kacau dan amburadul. Terbukti, banyak Perhitungan bahkan Pemungutan Suara Ulang (PSU) disejumlah daerah, termasuk di Sulut, khusus di Kabupaten Boltim. “Untuk stabilitas keamana harus kami akui sangat baik. Kalau tidak salah yang potensi ada 22 PSU di Boltim, tapi oleh penyellengara akan melihat lagi katanya. Pelaksanaan pemilu ini kami harus katakana lagi sangat amburadul. Masa C1 saja saya liat ada yang harus pinjam kesana-kesini. Ini pertanda banyak penyellenggara tingkat PPS dan KPPS tindak paham. Tidak diberi pemahaman yang baik dari tingkat diatasnya,” tandasnya. (mg4).