Lensa.news, Kotamobagu – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Kotamobagu bersama Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut), menggelar rapat high level meeteng penyusunan rencana program kerja pengendalian inflasi daerah, bertempat di Hotel Sutanraja Kotamobagu, Kamis (20/02).
Mewakili Wali Kota Kotamobagu, Wakil Wali Kota Kotamobagu Nayodo Koerniawan membuka kegiatan tersebut, dan dihadiri langsung Kepala BI Perwakilan Sulut Arbonas Hutabarat, Sekda Kotamobagu Sande Dodo, para Asisten dan seluruh pimpinan OPD di lingkup Pemkot Kotamobagu.
Nayodo Koerniawan dalam sambutannya mengatakan, bahwa rapat yang digelar antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Pemkot Kotamobagu dengan Bank Indonesia ini merupakan kegiatan penting dan sangat strategis bagi daerah Kotamobagu. “Ini kegiatan yang sangat penting. Khusunya untuk pengendalian inflasi di daerah yang sama kita cintai ini,” kata Nayodo.
Lanjutnya, dibentuknya TPID ini dimaksudkan untuk menjaga laju inflasi yang rendah dan stabil, sebagai syarat pertumbuhan ekonomi daerah yang berkesinambungan. “Olehnya sangat dibutuhkan adanya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dalam rangka pengendalian inflasi untuk mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala BI Perwakilan Sulut, Arbonas Hutabarat, usai kegiatan mengatakan, Kotamobagu merupakan kota kedua setelah Manado yang ditetapkan sebagai tempat pencatatan inflasi pada tahun 2020.
“Mulai januari tahun ini, Kotamobagu di tetapkan kota ke dua untuk tempat pencatatan inflasi di Sulut, sehingga dinilai masih perlu melengkapi berbagai hal salah satunya program kerja pengendalian inflasi, diantaranya komoditas apa saja yang perlu diawasi, mengingat sebelum Kotamobagu masuk sebagai kota pencatatan inflasi, pada tahun 2019 sudah dilakukan uji coba pencatatan setiap bulan, hasilnya masih harus hati-hati karena banyak harga barang-barang yang bergejolak,” ungkapnya.
Untuk itu katanya, ditunjuknya Kotamobagu sebagai tempat pencatatan inflasi tahun 2020 ini, karena pertimbangan jarak antara Manado dan Kotamobagu yang cukup jauh. “Perekonomiannya sudah mewakili, baik masalah harga, komoditas, maupun pertumbuhan ekonominya olehnya dicari kota yang agak berjauhan dengan kota,” terangnya.
(Mira)