Lensa.News, BOLSEL – Bergantinya tongkat estafet kepemimpinan Bupati Bolsel, dari Herson Mayulu ke Iskandar Kamaru, diresponi oleh masyarakat adat Bolango (suku utama di Bolsel selain Mongondow dan Gorontalo) dengan menggelar prosesi adat.
Prosesi adat yang berlangsung pada Sabtu (13/10/2018 ) bertempat di kantor kecamatan Molibagu itu adalah penjemputan adat “Bobato Potongolria Bagu” (Bupati baru) kepada Iskandar Kamaru dan pemberian gelar adat “Bobato Potongolria Muna” (Bupati lama) kepada Herson Mayulu yang dinobatkan dengan gelar adat “Bupati Hita no Po’otindaho Lripu” atau Bupati yang menerangi daerah (Bolsel).
Rombongan Bupati Kamaru, Ketua Tim Penggerak PKK Ny. S. Kamaru-Manoppo, dan Herson Mayulu disambut oleh tetua adat Bolango dengan “somsomawa oi lra dea”, dilanjutkan dengan prosesi adat “Palre bau” atau menguyah cengkih di dalam “puade bambu kuning” kepada Bupati Kamaru dan nyonya sebagai simbol penerimaan masyarakat Bolango kepada sang “Bupati Potongolria Bagu.”
Acara adat dipungkasi pemberian gelar adat “Bupati Hita no Po’tindaho Lripu” oleh lembaga adat Bolango yang dilanjutkan penyematan cendera mata berupa cincin oleh seluruh “Sangadi” (Kepala Desa) di Kecamatan Bolang Uki dan Helumo, dua kecamatan yang dimukimi mayoritas suku Bolango, disaksikan Camat Bolango Nurhaeda Yasin dan Camat Helumo Midian Katili.
Pada sambutannya, Bupati Kamaru menyampaikan terima kasih dan apresiasi balik kepada masyarakat Bolango. “Kehormatan besar bagi saya untuk penerimaan adat ini,” ucap Bupati Kamaru.
Selain itu, mantan anggota DPRD Bolmong dan Bolsel ini juga menyerukan pada masyarakat Bolsel khususnya Bolango agar berterima kasih pada Bupati yang digantikannya, Herson Mayulu, dengan mendukung pencalonan Ketua DPC PDI Perjuangan Bolsel ini ke DPR RI.
Di lain pihak Mayulu menyampaikan ucapan selamat kepada Bupati penggantinya. Juga menitip agar ‘hutang’-nya kepada masyarakat Bolango, berupa buku sejarah Bolango dapat diteruskan Bupati Kamaru. “Tahun depan (2019), tertata anggaran 500 juta rupiah di APBD yang sudah dijalankan Bupati dan jajarannya untuk penelitian dan penyusunan,” tandas sang tokoh kerukunan di Sulut ini.
Sementara itu, Mayulu juga menyampaikan rasa bangga bahwa “Pinahangi” (pakaian khas Bolsel) sudah mendunia dan telah memiliki hak paten. “Di MTQ dan di tanah suci, ‘Pinahangi’ sudah dipakai orang selain warga Bolsel,” jelas caleg DPR RI dari PDI Perjuangan itu.
Tokoh adat Bolango, Ahmad Gobel menyampaikan informasi, bahwa pemberian gelar adat tidak sembarang diberikan. Pemberian gelar adat terakhir sebelum diberikan pada Mayulu terjadi pada tahun 1942 kepada Raja Hasan van Gobel atau 76 tahun lalu.
Prosesi adat itu turut dihadiri tokoh masyarakat Bolango, Iskandar Lexy Gobel, Deddy Gobel, anggota DPRD Bolsel Syukri Adam, anggota DPRD Kota Kotamobagu yang juga putra Bolsel, Begie Gobel, Forkopimda, para pejabat Pemda Bolsel, serta para Sangadi di Bolang Uki dan Helumo.
Untuk diketahui, sehari sebelumnya suku Gorontalo juga menggelar acara serupa sehari sebelumnya, bertempat di Kecamatan Posigadan. Adapun prosesi acara adat dari suku Mongondow akan dilaksanakan dalam.waktu dekat di Kecamatam Pinolosian. (chag)