KOTAMOBAGU– Tempe merupakan makanan yang terbuat dari fermentasi kacang kedelai. Tempe pun bisa dibuat dengan beragam jenis olahan. Warga Indonesia khususnya daerah Kotamobagu banyak menyukai makanan ini.
Melihat hal tersebut, Ahmad Sugito, warga Kelurahan Molinow, memilih untuk membuka usaha tempe sebagai mata pencariannya.
“Ketertarikan dengan usaha tempe muncul saat melihat tingkat konsumsi tempe di Kota Kotamobagu yang tinggi,” katanya Selasa (5/7).
Tidak disangka usaha tempe yang dirintis bersama sang istri, Mira Fadlina, banyak peminat dan laku di pasaran.
“Usaha tempe sudah delapan tahun lamanya dan kini kami memiliki pelanggan mulai dari penjual makanan, sayuran, gorengan, mereka yang di pasar dan perusahaan J Resources Bolaang Mongondow,” ujarnya.
Ahmad mengaku, sekali produksi bisa menghabiskan tiga karung biji kedelai.
“Tempe yang dihasilkan bervariasi, ada yang berukuran kecil, sedang dan besar. Tempe ukuran kecil dibanderol dengan harga Rp 1.000 sampai Rp 2.000. Kemudian yang besar seharga Rp 4.000 sampai Rp 6.000. Dan Rp 35 ribu untuk ukuran satu papan,” katanya.
Ia menambahkan, dirinya mengunakan biji kedelai impor kemudian perebusannya menggunakan kayu bakar.
“Untuk produksi tempe saya dibantu tiga orang pekerja. Mulai dari proses perebusan, sampai proses akhir pengemasan,” katanya.
– Tempe merupakan makanan yang terbuat dari fermentasi kacang kedelai. Tempe pun bisa dibuat dengan beragam jenis olahan. Warga Indonesia khususnya daerah Kotamobagu banyak menyukai makanan ini.
Melihat hal tersebut, Ahmad Sugito, warga Kelurahan Molinow, memilih untuk membuka usaha tempe sebagai mata pencariannya.
“Ketertarikan dengan usaha tempe muncul saat melihat tingkat konsumsi tempe di Kota Kotamobagu yang tinggi,” katanya Selasa (27/1).
Tidak disangka usaha tempe yang dirintis bersama sang istri, Mira Fadlina, banyak peminat dan laku di pasaran.
“Usaha tempe sudah delapan tahun lamanya dan kini kami memiliki pelanggan mulai dari penjual makanan, sayuran, gorengan, mereka yang di pasar dan perusahaan J Resources Bolaang Mongondow,” ujarnya.
Ahmad mengaku, sekali produksi bisa menghabiskan tiga karung biji kedelai.
“Tempe yang dihasilkan bervariasi, ada yang berukuran kecil, sedang dan besar. Tempe ukuran kecil dibanderol dengan harga Rp 1.000 sampai Rp 2.000. Kemudian yang besar seharga Rp 4.000 sampai Rp 6.000. Dan Rp 35 ribu untuk ukuran satu papan,” katanya.
Ia menambahkan, dirinya mengunakan biji kedelai impor kemudian perebusannya menggunakan kayu bakar.
“Untuk produksi tempe saya dibantu tiga orang pekerja. Mulai dari proses perebusan, sampai proses akhir pengemasan,” katanya.