BOLMONG — Kecaman atas pagelaran teater Pingkan Matindas: Cahaya Bidadari Minahasa yang dipentaskan Institut Seni Budaya Independen Manado (ISBIMA) di gedung eks-kantor DPRD Sulawesi Utara, Sabtu (31/10) lalu, terus muncul.
Salah satunya datang dari Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Yasti Soepredjo Mokoagow.
Kepada wartawan, Senin (2/11/2020), Bupati Yasti mengecam dan mengutuk keras teaterikal yang ditayangkan secara live streaming di Kawanua TV Manado.
Ia mengaku sangat menghargai dan hormat dengan pelaku seni dan karya seni. Namun, teaterikal itu dinilainya mempunyai unsur provokasi dan menyulut kemarahan warga Bolaang Mongondow Raya (BMR).
Karena itu, Yasti yang juga merupakan keturunan dari Raja Loloda Mokoagow siap memfasilitasi semua tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda BMR yang ingin melaporkan masalah ini ke kepolisian.
Kepada sutradara pagelaran ini Achi Breyvi Talanggai yang menyampaikan permohonan maafnya melalui akun facebook, Yasti menyarankan dilakukan secara terbuka. “Datang minta maaf langsung di hadapan masyarakat BMR, jangan lewat media sosial saja. Pertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuat, karena sudah melukai hati masyarakat BMR,” ucapnya.
Yasti menjelaskan, pagelaran itu secara jelas menodai nilai-nilai sejarah serta ketokohan Raja Loloda Mokoagow yang merupakan panutan, kehormatan, serta harga diri seluruh rakyat Mongondow.
”Sungguh sangat melukai hati rakyat BMR. Harusnya sang sutradara punya etika dalam menampilkan karya seni, punya dasar alasan dalam menulis. Ini pelecehan terhadap rakyat BMR, harus ada tindakan hukum terhadap karya seni yang jelas-jelas menyinggung SARA,” tegas orang nomor satu di Bolmong ini.
Yasti juga meminta publik di BMR terutama di Bolmong agar tidak mengaitkan pagelaran teaterikal ini ke ranah politik.
“Saya sudah cek, telepon langsung Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulut, mereka tidak membiayai pagelaran itu. Begitu pula Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Mereka hanya hadir sebagai undangan,” ujarnya.
“Dananya itu ternyata dana afirmasi dari Kemendikbud kepada para seniman. Jadi tidak ada kaitannya dengan siapapun di Sulut ini, apalagi terkait politik. Jadi jangan melenceng. Kita kecam dan saya siap fasilitasi proses pelaporan,” ungkapnya.
Diketahui pagelaran teater Pingkan Matindas: Cahaya Bidadari, dinilai melukai masyarakat BMR karena terkesan ada unsur melecehkan etnis di BMR yakni Mongondow.
Pagelaran itu menampilkan sosok yang digambarkan sebagai leluhur Mongondow yakni Raja Loloda Mokoagow. Di Mongondow, Raja Loloda Mokoagow sangat dihormati dan disegani. Sosok lain yang digambarkan dalam pagelaran itu adalah Pingkan dan Matindas.
Yang paling tidak diterima masyarakat BMR, Raja Loloda Mokoagow digambarkan sebagai sosok yang ‘maniak seks’. Selain itu Raja Loloda Mokoagow digambarkan tewas di tangan prajuritnya sendiri atas perintah Pingkan dan potongan kepalanya diarak.
Tayangan teater ini sudah dihapus oleh Kawanua TV Manado dalam akun media sosial mereka setelah adanya protes dari publik BMR.
Demikian pula dengan sutradara Achi Breyvi Talanggai, semua postingan terkait teater itu sudah dihapusnya dari akun media sosial. (Irw/vil)