MANADO–MAARIF Institute menyelenggarakan Pelatihan LOVE (Living Our Values Everyday) terkait Penguatan Nilai-nilai Inklusi Sosial-Keagamaan untuk Guru-guru Pendidikan Agama di Manado, Sulawesi Utara.
Adapun pelatihan tersebut akan berlangsung selama tiga hari sejak Rabu 4 Oktober sampai Jumat 6 Oktober 2023.
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Direktur MAARIF Intitute Abdul Rohim Gahzali itu melibatkan 21 peserta guru agama di Lembaga Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) dan Kejuruan (SMK) dengan klasifikasi Lintas agama dan lintas organisasi keagamaan yang meliputi Muhammadiyah, NU, Kristen Katolik, Protestan, Hindu dan Budha.
Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bahwa pelatihan ini dilaksanakan secara massif dan terus menerus. Kegiatan pelatihan merupakan wujud implementasi dari gagasan Buya Syafii Maarif tentang Kemanusiaa, Integritas dan Keterbukaan, Pembaharuan yang juga mencoba membuka cakrawala berpikir yang bisa menerima perbedaan sebagai rahmat, bukan sebagai ancaman.
“Kita bergerak dibidang Pendidikan seperti yang dilakukan saat ini melakukan pelatihan kepada guru-guru Agama. Kami menganggap bahwa dalam Pendidikan guru sangat berperan penting sebagai jembatan pengetahuan dan gagasan masuk kepada siswa. Apalagi paham-paham mengenai keagamaan, toleransi dan kebinekaan”, jelas Rohim.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Moh. Shofan dalam pengantar pembukaan. Ia menjelaskan bahwa kasus-kasus bulliying kini marak dan mengalami peningkatan bahkan mengakibatkan korban meninggal. Sehingga dengan adanya pendekatan inklusif diharapkan mampu mengikis tiga dosa besar itu.
“Bulliying, kekerasan seksual dan intoleransi kini menjadi masalah besar pada dunia Pendidikan. Guru yang mengikuti pelatihan diharapkan bisa menjadi penyelamat dan menjadi guru yang dirindukan siswa untuk mengatasi tiga dosa besar ini. Agar juga bisa mengantarkan anak-anak menjadi baik dalam rana sekolah”, terang Shofan.
Narasumber yang hadir dalam seminar ini adalah Taufani (IAIN Manado), Ikmal (IAIN Manado), Natalia Olivia Kusuma Dewi Lahamendu (IAKN Manado) dan Rohit Mahatir Manese, sebagai moderator.
Mengawali sesi pertama, Taufani, menjelaskan bagaimana guru memiliki peran penting dalam doktrin atau penanaman pemahaman terkait keagamaan dan intoleran yang terjadi di Sekolah. Menurutnya bahwa sifat-sifat intoleran yang hadir dalam lingkup Pendidikan tidak terlepas dari ajaran radikal oleh beberapa pihak, salah satunya guru berpotensi memberikan ujaran-ujaran kebencian.Terlebih jika guru-guru agamanya hanya membaca teks kitab suci secara kontekstual saja, maka akan ada kekeliruan dalam memahaminya.
Sedangkan pemateri kedua yaitu Natalia Olivia Kusuma Dewi Lahamendu, yang merupakan dosen di IAKN Manado, menjelaskan bahwa inklusi keagamaan dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Narasumber ketiga, Ikmal, pun mempertegas bahwa nilai spritualitas dari anak-anak generasi sekarang mengalami penurununan yang signifikan sehingga diperlukannya penanaman Kembali nilai-nilai kegamaan yang sesuai denga napa yang diajarkan dalam kebinekaan Indonesia.
Seminar ini berjalan dengan lancar dan penuh antusias dari para peserta pelatihan. Seminar yang dimoderatori oleh Mahatir Manese ini memiliki kesimpulan bahwa dengan adanya permasalahan hari ini yang merupakan tanggung jawab bersama untuk menanggulangi dan menyelesaikannya, sudah sepatutnya ada kesadaran penuh dari berbagai pihak terutama guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di dunia Pendidikan.