KOTAMOBAGU — Kejayaan peradaban kerajaan Bolaang Mongondow bukanlah fiksi. Selain catatan-catatan sejarah -kendatipun masih harus dirapikan, situs sejarah dan arkeologi adalah bukti sahih.
Situs Batu Kamar, Tumpa, di bilangan Hulu Bendungan Toraut, kawasan Taman Nasional Bogani-Nani Wartabone (TNBNWB), misalnya. Batu Kamar adalah pekuburan di permukiman awal masyarakat BMR kuno yang kala itu dikenal dengan Lipu Koyongan.
Orang yang meninggal kala itu dimasukan ke dalam lubang batu. University of Australia pernah melakukan penelitian dan mendapatkan kesimpulan situs itu telah ada sejak 3000 tahun.
Sofyan Makalalag serta tim telusur jejak Bogani dari LBI dan Aliansi Masyarakat Adat dan Budaya (Abud) menyampaikan, dengan fakta itu bisa dibilang Situs Batu Kamar lebih tua dari Candi Borobudur.
Borobudur (bahasa Jawa: ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦧꦫꦧꦸꦝꦸꦂ, atau Candhi Barabudhur) adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang berbentuk stupa yang didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
“Nah, situs ini adalah aset kekayaan arkeologi di Pulau Sulawesi. Dan di Sulawesi, satu-satunya yang ada di BMR hanyalah Batu Kamar,” ungkap Sumitro Tegela, salah satu pemerhati sejarah, situs, dan penelusuran jejak Bogani.
Situs ini adalah bukti peradaban masyarakat BMR. Siapa tahu, di masa depan masih akan ditemukan lagi situs lain yang jadi bukti peradaban dan kejayaan kerajaan atau eks swapraja di BMR. (cag)