Editor: Sumantri Ismail
Lensa.news,BMR — Terkait dengan puisi yang ditulis dan dibawahkan putri dari sang Proklamator Bung Karno, Sukmawati Soekarno Putri, telah banyak menimbulkan kontroversial. Terutama di media sosial. Pasalnya, puisi tersebut dianggap menuju ke Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (Sara).
Puisi yang dibacakan Sukmawati dengan bertemakan Ibu Indonesia pada acara “Indonesian Fashion Week” menyambut 29 tahun karya Anne Avantie ini, mendapat kecaman dari tokoh-tokoh agama, organisasi bahkan pemuda yang ada di Indonesia.
Di Bolaang Mongondow Raya, khususnya di Kota Kotamobagu, salah satu mahasiswa yang aktif dalam Majelis Dzikir Nuurul Khairaat, Randy Djano menanggapi puisi yang menurutnya telah melecehkan agama Islam.
“Puisi yang di bawakan oleh nenek itu terlalu kontroversi, membenturkan sastra dengan agama, sehingga mengundang kemarahan umat muslim karena ungkapan puisinya itu yang terlalu paradoks dan tidak memilah kata,” ujar Mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo itu.
Dikatakannya pula, seorang puitis itu memang bebas mengimplementasikan kata. Tapi jangan sampai kata tersebut mengandung hal negatif.
“Memang betul kalu dari segi sastra bahwa seorang puitis bebas mengimplementasikan kata, akan tetapi di setiap kata tidak mengundang hal negatif dari para pembaca dan pendengar. Menurut saya ia gagal dalam memahami sastra. Kalimat yang mengandung aqidah islam di dalam puisi yang dibacakannya itu sebuah kesengajaan bukan sebuah kesalahan,” ujar Djano yang juga anggota organisasi PMII.
Untuk itu dia juga meminta agar penegak hukum bisa menindaklanjuti persoalan tersebut.
“Saya sebagai muslim meminta kepada penegak hukum untuk segera menindaklanjuti wanita yang merusak nama baik Islam ini. Hukum harusnya tegas dalam menanggapi ini, karena ini sudah mengandung Sara, ini penghinaan secara terang terangan kepada umat muslim,” pungkas Djano.
Ustadz Yaser Massi yang juga pengurus Majelis Dzikir Nuurul Khairaat Kotamobagu ini menanggapi puisi tersebut dengan nada bersendaguraw.
“Kalau bukan karena film Tutur Tinular pasti tidak akan ada ma’ lampir. Kalau tidak ada film wewe gombel pasti tidak akan ada juga nene’ gombel. Indonesia merdeka dengan takbir bukan dengan kidung. Memangnya para pejuang berjuang pake tusuk konde,” ujarnya.
Sementara Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Fakultas Sastra dan Budaya, Anto Sardi mengatakan, bahwa ia tidak menemukan keindahan dalam puisi yang dibacakan oleh Sukmawati. Karena menurutnya seni merupakan jalan ke empat menuju kebenaran.
“Seni adalah jalan ke empat menuju kebenaran. Selain filsafat, agama dan ilmu pengetahuan. Kesenian itu hanya masalah indah atau tidak indah. Saya tidak menemukan keindahan dalam puisi yang sementara merebak itu,” ungkap Anto yang juga Sastrawan Nasional Gorontalo. (Tri)
Berikut ini dia isi puisi kontroversial dari Sukmawati Soekarno Putri:
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan adzan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.
Ini Videonya: