JAKARTA — Aprilia Santini Manganang tampak berbaring di atas ranjang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Mantan pemain timnas voli putri Indonesia itu baru saja menjalani bedah korektif atau corrective surgery.
Dalam tayangan videotron di Markas Besar (Mabes) TNI Angkatan Darat, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa bertanya kepada April perasaannya seusai menjalani operasi untuk memperbaiki kondisi kelainan kelamin yang dideritanya.
April kemudian dengan suara bergetar dan terbata-bata mengatakan hal tersebut adalah momen yang sudah ditunggunya sejak lama.
Ia mengaku bahagia setelah menjalani operasi tersebut.
“Ini momen yang sangat saya tunggu Bapak. Ini momen yang sangat bahagia banget. Puji Tuhan banget buat Tuhan Yesus saya bisa lewati ini,” kata April, Selasa (9/3).
Didampingi Ketua Persit Kartika Candhra Kirana, Hetty Andika Perkasa, April yang juga tercatat sebagai prajurit TNI AD berpangkat Sersan Dua (Serda) itu menyampaikan rasa syukurnya telah dipertemukan dengan Andika dan Hetty sehingga operasi pertama tersebut bisa terjadi.
Ia juga berterima kasih kepada tim dokter RSPAD yang telah melakukan operasi kepadanya.
”Saya sangat bahagia Bapak. Selama 28 tahun saya menunggu, dan akhirnya hari ini bisa tercapai juga,” kata April.
Sementara itu Jenderal Andika Perkasa mengatakan April yang selama ini dikenal sebagai atlet voli putri sebenarnya adalah laki-laki.
Ia juga terlahir sebagai seorang laki-laki. Namun, saat lahir April mengalami kelainan sistem reproduksi yang disebut Hisposdia.
Saat April dilahirkan, keluarga dan paramedis yang menanganinya tak begitu paham dengan jenis kelainan ini.
Alhasil, saat itu April dinyatakan sebagai perempuan lantaran alat kelamin yang dimilikinya memang sedikit berbeda. “April lahir tumbuh besar diklaim wanita, akte wanita, tapi penampilan tak seperti wanita,” kata Andika.
Kelainan yang dialami April itu baru diketahui oleh Pangdam Manado beberapa waktu belakangan. Akhirnya, pada 3 Februari 2021, Jenderal Andika dan jajarannya sengaja memanggil April untuk menjalani pemeriksaan medis di RSPAD.
Setelah melakukan pemeriksaan dan mendapatkan hasil rekam medis, diketahui hormon testosteron April lebih tinggi.
Tak hanya itu di dalam organ dalamnya pun tak ada organ tubuh yang mestinya dimiliki wanita. Maka dipastikan Aprilia memang berjenis kelamin laki-laki.
“Sebetulnya, kelainan pada sistem reproduksi laki-laki ini cukup sering terjadi, bahkan menempati peringkat kedua dari jumlah kasus biasa terjadi untuk kelahiran laki-laki,” kata Andika.
“Setiap 250 bayi laki-laki yang lahir akan ada 1 yang mengalami hipospadias. Ya, seperti Manganag,” jelasnya.
Andika juga mengatakan April bukanlan trangender atau interseks. “Sersan Manganang ini bukan transgender bukan juga intersex. Dia tidak masuk dalam kategori itu semua. Tim dokter pun tahu semua definisinya kelainan yang dialami hipospadia,” kata Andika.
Setelah hasil rekam medis keluar dan dijelaskan secara rinci kepada April, Andika lantas menawarkan kepada April untuk menjalani operasi correction surgery di RSPAD Jakarta.
“Jadi saya konsultasi tawarkan apa yang bisa kami bantu untuk dia. Akhirnya Sersan Manganang rupanya menyambut dengan excited. Ini yang ditunggu-tunggu, saya hadirkan tim RSPAD, kemudian lakukan pemeriksaan lengkap dengan menggunakan seluruh fasilitas kesehatan kami,” katanya.
Operasi correction surgery yang dijalani April itu dijadwalkan dua kali. Namun hasil yang pertama sudah berjalan dengan baik. Dalam operasi tersebut, kata Andika, tidak ada pergantian organ kelamin secara fisik dari wanita ke laki-laki.
“Jadi saat ini Sersan Manganang masih dalam proses recovery dan operasi berjalan secara baik. Tapi, belum bisa keluar dan harus beristirahat dulu,” kata Andika.
Aprilia Manganang lahir dan besar sebagai atlet voli. Ia memulai karier sebagai atlet voli profesional ketika bergabung dengan tim Alko Bandung pada tahun 2011.
Kemudian, dia berpindah ke BNI 46, Manokwari Valeria, hingga akhirnya memperkuat Jakarta Elektrik PLN yang suskes memenangkan Proliga musim 2015 dan 2016.
Total, April mengoleksi empat gelar juara Proliga. Terakhir gelar juara itu dia raih bersama PGN Popsivo Polwan usai mengalahkan Pertamina Energy pada final Proliga 2019.
Satu gelar lain diraih pada 2017. Usai moncer tampil di Indonesia, Aprilia mencoba peruntungan dengan berkarier di Liga Thailand, bersama Generali Supreme Chonburi E-Tech pada musim 2019.
Masa keemasan April sedikit memudar ketika cedera lutut menyerangnya pada tahun 2019. Akibat cedera itu juga April absen membela Timnas Voli Putri Indonesia di SEA Games 2019 di Filipina.
Sempat pulih dari cedera lutut, Aprilia bergabung dengan Bandung Bank BJB Tandamata pada Proliga 2020, hingga akhirnya memutuskan pensiun pada 10 September 2020.
Di luar kesuksesan dan cedera, kontroversi masalah gender juga pernah mewarnai karier Apri di dunia voli. Ia kerap mendapatkan protes dari lawan karena kondisi fisiknya yang menyerupai laki-laki.
April sempat diprotes oleh tim Popsivo Polwan di Liga Bola Voli Indonesia (Livoli) 2011. Saat itu Popsivo menolak bertanding melawan Alko Bandung yang diperkuat Aprilia. Mereka menolak bertanding karena hasil feminine test-nya belum keluar.
Pada Livoli 2013, tim Bank Jatim Surabaya dan Petrokimia Gresik juga melancarkan protes dengan kasus yang sama.
Tak hanya itu, Aprilia juga pernah mendapat cemoohan dari suporter Filipina pada laga pertama Grup B SEA Games 2015 di OCBC Arena, Singapura. Tim voli Filipina juga mengajukan protes kepada Komite Penyelanggara SEA Games 2015 (SINGSOC) dan meminta dilakukan tes untuk Aprilia.
Namun, akhirnya laporan tersebut ditolak dan Aprilia pun aman untuk bermain pada pertandingan selanjutnya. Di SEA Games 2015, Tim Indonesia berhasil mengakhiri turnamen dengan raihan medali perunggu.
(*/Tribun Network)