Oleh:
Sumitro Tegela*
Keesokan harinya, pada tanggal 11 September gerakan dilanjutkan pada pukul 07.30 WITA. Pada sekitar pukul 11.00 WITA Kie C/330 yang merupakan Kie depan mengirim berita kepada Komandan Batalyon 330, bahwa mereka telah berhasil menahan beberapa orang penduduk yang oleh Permesta diperintahkan mengamat-amati kapal-kapal yang berada di Onggunoi. Dari mereka itu diperoleh informasi bahwa sepasukan Permesta berkekuatan 20 orang bersenjata lengkap antara lain 2 pucuk BMG dan sepucuk Mo.5 , sedang bergerak menuju Co. 267.570.
Pada saat itu Batalyon 330 berada pada Co. 261.596 di Gunung Patung. Komandan Batalyon 330 segera memerintahkan Kie C/330 supaya membereskan pasukan Permesta tersebut di atas dengan perangkap cepat, sedangkan Kie-kie lainnya sementara diistirahatkan. Kie C/330 segera melaksanakan perintah tersebut. Vuurcontact (VC) atau kontak senjata terjadi selama setengah jam antara pukul 10.30 s/d 11.00 dan berhasil menewaskan satu orang dan 5 orang lainnya luka-luka. Setelah berhasil mengahalau-bereskan pasukan Permesta tersebut, maka Batalyon 330 segera melanjutkan gerakannya dan baru berhenti untuk berkemah pada pukul 17.00 di tepi sungai Dumagin.
Pada hari berikutnya, tanggal 12 September, Batalyon 330 tiba di dekat perkebunan kampung Bakan. Kembali Kie C/330 sebagai Kie depan pada pukul 08.00 mendapat info dari rakyat yang diberitugas oleh Permesta membuat kubu pertahanan di pinggir perkebunan kampung Bakan, bahwa kubu lawan terdapat 24 orang bersenjata lengkap di bawah pimpinan seorang Letnan militer. Posisi Batalyon 330 pada saat itu adalah pada jarak kurang lebih 750 m dari kubu tersebut. Ternyata kemudian, bahwa kubu Permesta tersebut dipertahankan oleh 3 Kie Combat Troop ”D” dan 1 Peleton Permesta lainnya di bawah pimpinan Kapten/Permesta Dakhlan.
Sesudah mengadakan persiapan-persiapan seperlunya, maka Komandan Batalyon pada pukul 13.00 WITA memerintahkan Kie C/330 membereskan kubu pertahanan tersebut. Pada pukul 14.10 Kie C/330 sudah berhasil merebut kubu pertahanan itu setelah terjadi VC yang seru. Musuh mengundurkan diri ke arah kampung Bakan, dalam pengejaran Kie C/330. Pada pukul 15.30 terjadi lagi VC di simpang tiga perkebunan Bakan.
Akhirnya dengan melalui VC di sepanjang rute, pada pukul 18.00 WITA, perkebunan Bakan dapat dikuasai sepenuhnya oleh Batalyon 330. Prajurit Syarief Abdullah yang tertembak dalam VC di simpang tiga perkebunan Bakan sekitar pukul 15.30 WITA, menghembuskan nafasnya yang terakhir pada pukul 18.00 WITA. Kembali seorang Putera Siliwangi gugur sebagai Ratna, jauh dari kampung halaman, kali ini di pedalaman Sulawesi, menjadi kesaksian kesetiaan Siliwangi kepada Proklamasi 17 Agustus 1945. Prajurit Syarief Abdullah dari Kanoman Cirebon ini menjelang menghembuskan nafasnya yang terakhir mewasiatkan pesan agar teman- teman sejawatnya melanjutkan perjuangan hingga keamanan tanah air tercapai.
Malam itu Batalyon 330 berkemah di kampung Bakan. Pada tanggal 13 September Batalyon 330 mengalami saat-saat kegembiraan dan kebanggaan. Kelegaan itu ialah adanya kenyataan bahwa atasan tidak melupakan mereka yang sedang menyambung nyawa di medan laga. Alangkah bangganya anak anak Batalyon 330 yang sedang bergerak di medan laga pedalaman Sulawesi Utara itu, melihat sebuah pesawat Dakota pengangkut Angkatan Udara RI (AURI) dengan dikawal oleh sebuah pesawat pembom melayang-layang dan menukik-nukik menyebar ”kembang-kembang raksasa” di angkasa di atasnya, mendrop amunisi dan bahan-bahan pangan, obat- obatan dan lain- lain yang ke semuanya itu sangat dibutuhkan oleh Batalyon 330 dalam gerakannya di pedalaman ini. Dropping pertama dilakukan pada pukul 08.45 WITA sejumlah 25 payung dan dropping kedua pada pukul 12.30 WITA sebanyak 24 payung.
Pada hari itu pasukan masih tetap berada dan menginap di Bakan. Pada kira- kira pukul 08.55 WITA pagi,seorang anggota Permesta bernama P. Mokoginta dari kesatuan Combat Troop D/Permesta telah menyerahkan diri tanpa senjata. Bagaimanapun, ini adalah penyerahan sukarela yang pertama dalam operasi ini.
Pada tanggal 14 September 1959, Batalyon 330 mulai bergerak ke arah kampung Bungko pada pukul 07.30 WITA. Seraya beristirahat makan siang pada pukul 11.30WITA di suatu perkebunan yang terletak 3 km sebelum kampung Bungko, Komandan Batalyon mengadakan briefing dengan para Komandan Kie A, B, C dan D.
Pada pukul 14.00 WITA, Batalyon 330 sudah tiba di Kali Moyag. Artinya, pasukan sudah mulai berada dalam daerah sasaran. Sejak itu pasukan dibagi dua, yakni poros kanan dan poros kiri. Poros kanan terdiri dari MCO, Kie/330 dan Kie B/330 dengan sasaran Kotabangon, sedangkan poros kiri terdiri atas Kie C/330 dan Kie D/330 dengan sasaran Kotamobagu melalui Bungko dan Matali, di bawah pimpinan Dan Kie D/330 Letnan Ali Rakhman.
Sejak saat itu perlawanan Permesta semakin gigih dan ketat. Di setiap kampung, Batalyon 330 baik poros kanan maupun poros kiri selalu menjumpai VC dengan pihak Permesta yang ternyata bukan lawan yang “tidur” saja. Namun pasukan Batalyon 330 tetap maju, walaupun perlahan-lahan dan selalu disertai VC.
Akhirnya, pada pukul 17.00 WITA kampung-kampung Tabang dan Bungko jatuh ke Batalyon 330. Pada pukul 18.00 WITA kampung-kampung Poyawa Besar dan Kotabangon jatuh ke tangan poros kanan dan kampung Malati serta Kotabangun bagian utara jatuh ke tangan poros kiri. Di Kotabangun ini sejumlah 34 orang anggota Permesta melaporkan diri kepada MCO Batalyon 330.
Sungguh hari yang berat dan gerakan yang tidak enteng hari itu! Kerugian Batalyon 330 adalah Komandan Kie A/330 Letnan I Joni Suhodo (diabadikan nama jalan di Kelurahan Kotobangon, Red) gugur akibat tembakan senjata BMG di simpang empat jalan Kotamobagu-Kotabangon pada pukul 18.30 WITA dan gugur pada pukul 19.50 WITA setelah mendapat perawatan selama lebih kurang 80 menit dan jenazahnya dikebumikan pada esok harinya pukul 09.45 WITA di Kotabangon di halaman rumah Haji Sagaf, bekas kantor KMD ”Permesta” . Tujuh orang anggota Kie A/330 dan Kie B/330, luka-luka.
Dalam pertempuran di Matali dan Kotabangon itu, Batalyon 330 berhasil menyita 3 pucuk karaben Jepang. Adapun musuh sebagian mengundurkan diri ke Moyag dan Kotabangun dan sebagain lagi ke Modayag.
Malam itu Batalyon 330 bermalam di Kotabangon. Keesokan harinya, pada tanggal 15 September sekira pukul 08.30 WITA, dalam suatu gerakan pembersihan di Kotabangun, berhasil tertembak mati seorang Sersan/Permesta dan senjata karaben Jepangnya dirampas. Pada pukul 09.15 WITA Kie B/330 mulai bergerak merebut Kampung Moyag dan setelah VC musuh mengundurkan diri ke arah Modayag. Kembali sepucuk karaben Jepang jatuh ke tangan Batalyon 330.
Malam itu Kie B/330 bergerak di kampung Moyag. Pada hari itu Kie D/330 bergerak mengadakan pembersihan di sekitar Kotabangon bagian Utara sedangkan Kie C/ 330 menguasai jalan antara Kotabangon-Mogolaing. Sekitar pukul 10.00 WITA Kie A/330, sebagai Kompi depan bergerak menuju Kotamobagu dan berhasil membebaskan kampung Molinow. Kompi C/330 yang merupakan poros belakang, langsung membebaskan kampung- kampung di antara Biga dan Pontodon. Akhirnya pada sore hari itu juga menjelang Ashar, pesawat AURI telah dapat mendrop makanan, peluru dan obat- obatan buat Batalyon 330 langsung di atas Kotamobagu.
Kotamobagu akhirnya dapat dibebaskan oleh Batalyon 330. Sebuah mesin- hitung (rusak), sebuah mesin stensil (rusak), sebuah magazin Bren, empat peti dokumen, 2 karung alat-alat mobil, 3 buah pesawat radio (2 buah rusak) , 1 buah tape -recorder, 1 buah mesin- tik dan sejumlah alat-alat ATK jatuh ke Batalyon 330.
Sesudahnya adalah konsolidasi hasil. Pada tanggal 16 September 1959 pukul 08.00 WITA, Kie B/330 ditarik dari Moyag dan bergerak ke Bilalang. Kie D/330 dari arah Gunung Sia dengan sasaran Poopo, Potondon dan Pangian. Kie C/ 330 dari Malinow bergerak membebaskan Kampung Passi melintasi gunung Passi dan bertemu dengan Kie B/330 di Bilalang. Satu Peleton dari Kompi Cadangan Batalyon 330 menduduki Molinow dan yang lainnya Biga. Pada pukul 09.30 WITA MCO Batalyon 330 menduduki pusat Kotamobagu.
Akhirnya pada pukul 15.30 WITA, seluruh daerah Kotamobagu telah jatuh ke tangan Batalyon 330. Bukan secara berleha-leha melainkan melalui VC demi VC. Pada pukul 16.00 WITA, keadaan telah dapat dikuasai sepenuhnya dan VC pun berhenti. Hening sepi rasanya senja yang melelahkan itu. Saksi-saksi bisu pertempuran gigih dan seru itu adalah puing- puing rumah dan harta milik rakyat setempat yang dibumi hanguskan Permesta seraya mengundurkan diri waktu berlangsungnya VC: Kampung Tabang, Poyawa Besar, Kobo Kecil Motoboi Besar, Motoboi Kecil dan Kotabangon dan sebagian Kotamobagu telah dibumi- hanguskan oleh Permesta sebelum ditinggalkannya. Dalam gerakan hari itu prajurit II Sukherman dari Kie B/330 luka ringan pada betis kirinya. (BERSAMBUNG)
*Penulis adalah anggota Polri, periset, peneliti dan pemerhati sejarah budaya BMR; materi disadur dari buku “Divisi Siliwangi Dari Masa ke Masa”