Editor: Sumantri Ismail
Lensa,POLITIK — Dari Lima Kabupaten dan Satu Kota yang menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 di Sulawesi Utara (Sulut), ada satu Daerah yang pesta demokrasi lima tahunan ini bisa dikatakan berjalan aman dan damai yakni Minahasa Tenggara (Mitra).
Mengapa dikatakan aman dan damai, pasalnya pasangan calon yang bakal mengikuti pesta demokrasi itu, hanya melawan kotak kosong.
Namun bukan berarti, bisa menang dengan mudah meski hanya berhadapan dengan kotak kosong.
Karena, dari hasil diskusi publik antara Forum Wartawan DPRD (Forward) Sulawesi Utara bersama Lembaga Kajian Sosial dan Politik Taufik Academic, Jumat (09/02/2018) siang di salah satu rumah kopi di Kota Manado. Sebagaimana dikatakan Kapolda Sulut Irjen Pol Drs Bambang Waskito selaku pembicara, bahwasanya pihaknya telah memetakan keenam daerah yang akan menggelar Pemilukada serentak, Juni mendatang.
“Pemilukada salah bentuk era demokrasi. Mau tidak mau itu harus dilaksanakan karena ini memang pestanya rakyat. Nah, tugas kami mengamankan agar pesta itu berjalan aman dan damai,” ujarnya.
Dari lima kabupaten dan satu kota yang mengadakan Pemilukada, bisa dikatakan ada satu daerah, yakni Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) yang otomatis aman menyelenggarakan pesta demokrasi lima tahunan itu. Sebab, hanya satu pasangan yang bertarung.
Kendati begitu, kapolda tetap ikut menjaga keamanan di Mitra.
“Sudah dipetakan mana yang rawan pada Pilkada serentak. Dari hasil pemetaan ada yang menjadi Tim Sukses (TS) kotak kosong. Ya, saya harap sesuai dengan tema kita hari ini, Pemilukada yang damai, enak dan nyaman,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kapolda meminta peran pers untuk membuat dingin suasana menjelang dan pascaPemilukada nanti.
“Jadilah sebagai pendingin. Suasananya boleh hangat tapi jangan memanas. Menulis perkembangan dinamika Pemilukada harus bersifat penyejuk. Jangan kontraproduktif,” tukasnya.
Sementara itu, Taufik Tumbelaka optimis Pemilukada di Bumi Nyiur Melambai akan berjalan aman dan nyaman.
“Saya yakin pasti tercapai,” katanya.
Ditekankan Mantan Aktivis Universitas Gadjah Mada itu, sebagai jurnalis harus jadi penjaga kewarasan demokrasi.
“Kita semua jangan terpecah karena beda pilihan. Kedepan ayo kita semakin dewasa dalam mengkritik. Pers wajib menjadi benteng terakhir. Sebagai pilar keempat demokrasi pasti bisa, makanya harga diri pes dipertaruhkan,” tuturnya.
Diakhir diskusindilakukan penandatanganan untuk menjadikan Pemilukada di Sulut berjalan aman dan damai oleh para pembicara dan wartawan yang hadir.(tri)