Red: Cadavi Lasena
JAKARTA — Psikolog Anak dan Pendidikan, Elisabeth Santosa mengatakan, pada masa pandemi COVID-19 kreativitas anak-anak dan orang tua tidak berkembang. Akibatnya, terjadilah kemalasan.
Kemudahan mengakses gawai pada anak, kata Elisabeth, dapat berdampak buruk bagi anak jika orang tua tidak mampu untuk mengatur waktu yang seimbang; waktu bermain, berinteraksi dan menjalin ikatan antar anggota keluarga.
“Jika diberikan (fasilitas) terlalu banyak, kemampuan kreativitasnya tidak berkembang dan tidak terstimulasi. Harus ada sesuatu yang mendorong. Jadi lepaskan kebergantungan pada gawai, dan orang tua harus mendampingi anak,” ujar Elisabeth dalam diskusi virtual Kominfo bertajuk “Pandemi Tak Halangi Kreasi”, Jumat kemarin.
Ia menjelaskan, kreativitas kerap disalahartikan oleh para orang tua. Kreativitas anak lebih banyak diukur dari keterampilan. Padahal, kreatif itu hubungannya dengan pemecahan masalah, pencarian solusi dan cara anak mengambil keputusan.
“Bukan hanya diberikan mainan, tetapi orang tua juga harus turut serta dalam setiap kegiatan yang anak-anak lakukan,” jelasnya.
Dengan demikian, kata Elisabeth, untuk menstimulasi anak berpikir kreatif, orang tua harus paham kapasitas diri setiap anak. Upaya ini dapat dilakukan saat anak pertama kali bisa berbicara. Usahakan untuk selalu memberikan pertanyaan terkait dengan kegiatan yang sedang dilakukan anak.
Elizabeth juga mengingatkan orang tua untuk menghindari penggunaan kata-kata larangan, seperti tidak boleh, jangan dan kata-kata larangan lainnya.
“Banyak orang tua yang terpaku pada proses dari A ke B dan ke C. Padahal, anak boleh saja belajar dari B ke D. Kita orang tua selalu merasa paling tahu dan paling benar, padahal tidak selamanya benar. Itu yang lama kelamaan dapat mematikan kreativitas anak,” ungkapnya.
Jika komunikasi yang baik dapat terbangun, maka anak-anak tidak hanya merasa mendapat kepercayaan untuk berkreasi oleh orang tuanya, tetapi juga mengasah anak untuk selalu berpikir kritis.
Keberhasilan orang tua dalam meningkatkan kreativitas anak tercermin dari upaya pendiri Prakardus, Muhammad Luqman Baehaqi. Dalam merespons anjuran pemerintah di awal pandemi untuk berdiam di rumah dan melaksanakan protokol kesehatan gerakan 3M, Luqman rajin membuat kegiatan kreatif bersama anak-anaknya di rumah.
Tidak hanya untuk mengubur kebosanan, tetapi juga menghasilkan pundi dan inspirasi untuk orang tua lainnya. Mulai dari membuat kreativitas dengan menggunakan kardus bekas, melakukan belajar bersama, hingga mengambil momentum masak memasak sebagai upaya merekatkan diri dengan sang buah hati.
“Dengan pandemi ini, kita jangan pikirkan sesuatu yang sulit, tetapi kita fokus pada hari ini untuk melakukan hal yang baik,” ujar Luqman.
Sumber: Beritasatu.com