KOTAMOBAGU – Banyak warga BMR, bahkan Indonesia, muda apalagi usia 30-an tahun ke atas, yang sangat akrab dengan kue kering ber-merek Khong Guan. Di BMR dan Sulut akrab disebut ‘kukis blek‘. Sementara di Jawa, justru jadi kue ikonik lebaran.
Tak sedikit perkantoran yang menjadikan si ‘kukis blek‘ kudapan wajib teman kopi atau teh, selain penganan khas daerah masing-masing. DPRD Kota Kotamobagu, misalnya, selalu ada. Sejak bertahun lalu.
Begitu legend-nya Khong Guan, hingga pada mesin penelusur Google, arti Khong Guan terhitung banyak dicari orang. Lantas, apa sebetulnya arti Khong Guan? Dalam Google Translate, Khong Guan berasal dari bahasa mandarin “kong guan” yang berarti kaleng atau stoples kosong.
Meski populer, terutama di masyarakat desa di Indonesia, Khong Guan sendiri sebenarnya bukan berasal dari Indonesia, melainkan Singapura. Pemiliknya pun merupakan imigran asal Fujian, China.
Sejarah dan Pemilik Khong Guan
Dilansir Kompas.com berdasarkan informasi dari laman resmi si kukis blek, Khong Guan didirikan oleh kakak adik asal Fujian, China, yakni Chew Choo Keng dan Chew Choo Han.
Duo Chew, pendiri dan owner Khong Guan (foto: Istimewa)
Keduanya merupakan imigran yang menetap di Singapura. Awalnya, duo Chew bekerja di sebuah pabrik biskuit lokal demi menafkahi keluarganya. Tatkala Jepang menginvasi Singapura, mereka kemudian hijrah ke Perak, Malaysia, untuk berlindung. Di sana, mereka membuat biskuit dengan tangan untuk dijual.
Biskuit mereka lumayan laku. Tapi ada kendala yang dihadapi, yakni kekurangan pasokan tepung dan gula. Karena minim pasokan bahan, kakak adik itu kemudian beralih menjual garam dan sabun.
Pasca Singapura terbebas dari Jepang, kakak adik itu lantas balik ke negeri Singa itu dan kembali memulai usaha biskuit.
Mulai Sukses
Biskuit Khong Guan mengalami awal kesuksesan saat Chew Choo Han secara kebetulan menemukan beberapa mesin pembuat biskuit yang sudah tua dan rusak akibat perang. Mesin tersebut dari sisa pabrik tua tempat mereka dulu bekerja yang dijual pemiliknya.
Chew Choo Han kemudian memproduksi kue biskuit dengan mesin semi-otomatis itu. Mesin tersebut terbilang sederhana, penggeraknya menggunakan rantai sepeda untuk memindahkan biskuit pada sistem konveyor. Bisnis biskuit pun melesat. Penjualannya meningkat pesat. Lalu pada 1947, Khong Guan Biscuit Factory (Singapore) Limited diresmikan di Singapura.
Khong Guan kemudian melakukan ekspansi bisnis ke sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia. Selanjutnya, pabrik Khong Guan didirikan di beberapa kota pesisir di China pada awal 1980-an.
Di Indonesia, Khong Guan juga memproduksi sejumlah kue, di antaranya Malkist rasa abon, Malkist Crackers, dan Khong Guan Saltcheese Combo. Namun, produk yang populer di Indonesia adalah Khong Guan Red Assorted Biscuits. Ya, si kukis blek yang kita kenal selama ini.
Ke Mana Sang Ayah?
Saking legend-nya Khong Guan membuat detilnya kemudian dicermati. Seperti ketiadaan sosok ayah dalam gambar yang jadi trademark-nya? Beberapa tahun lampau, Gubernur Jawa Barat yang kala itu masih menjabat Walikota Bandung, Ridwan Kamil (Kang Ridwan) yang cukup aktif di media sosial (medsos) bahkan sempat membuat meme kehadiran sang “Ayah” melengkapi keluarga Khong Guan –ibu dan dua anak.
Para anggota DPRD Kota Kotamobagu sedang rapat sambil dihidang Khong Guan.
Pelukis Khong Guan Bernardus Prasodjo membeberkan alasan tidak ada gambar ayah di biskuit Khong Guan. Dalam sebuah video yang diunggah Antara News di YouTube, Bernardus mengaku tidak tahu persis alasan ketiadaan sosok ayah di gambar kaleng biskuit Khong Guan.
Namun demikian, dia mengatakan bahwa yang ditonjolkan dalam gambar itu adalah sosok ibu. Ia memperkirakan hal itu dilakukan untuk memengaruhi ibu rumah tangga agar membeli Khong Guan.
“Yang penting ada ibunya di situ karena yang belanja ibunya kok,” seloroh Bernardus. Dia hanya menjelaskan, pembuatan gambar di kaleng Khong Guan juga dilakukan melalui beberapa tahap. Awalnya membuat sketsa, kemudian diajukan ke perusahaan. Setelah disetujui, baru dia lukis gambarnya.
“Kita sketch dulu. Kira-kira seperti ini mau enggak? Sampai sudah setuju kira-kira komposisinya seperti itu, baru kita lukis,” jelas Bernardus.
Hmm, tetap misterius ya, jawaban atas pertanyaan kenapa sang “Ayah” tak ada dalam gambar Khong Guan? (*/KOMPAS.com)