Oleh:
Sumitro Tegela*
Walau begitu, “palagan” membebaskan Kotamobagu sudah berakhir. Sebelum daerah Kotamobagu sama sekali terbebas dari unsur- unsur Permesta, maka perlu diadakan gerakan-gerakan pembasmian, pembersihan maupun penanggulangan yang intensif sekali. Bagaimanapun, Batalyon 330/Kujang I ini baru dibebaskan dari tugasnya setelah digantikan oleh RTP- 1/Brawijaya pada tanggal 30 Nopember 1959 dan pada tanggal 12 Desember 1959 masih menunggu kapal di Inobonto yang akan mengangkutnya kembali ke kampung halaman, Jawa Barat.
Pada tanggal 17 September 1959 , Batalyon “Q”/Permesta, berkekuatan 3 Kompi bersenjata lengkap, sekitar pukul 10.30 WITA bergerak mencoba merebut kembali Kotamobagu dari arah Barat Laut. Berkat kewaspadaan Batalyon 330, penyerbuan tersebut tidak merupakan atau mengandung unsur pendadakan. Untuk menanggulanginya, segera satu Peleton dari Kompi A/330 diterjunkan ke medan laga, menduduki simpang tiga Kotamobagu-Kotobangon. VC pun pecah!
Adapun pada saat penyerbuan itu, kedudukan Batalyon 330 adalah sebagai berikut:
1. Kompi A/ 330 dan MCO Batalyon 330 di Kotamobagu.
2. Kompi B/330 di Bilalang.
3. Kompi C/330 di Mogolaing-Kotamobagu.
4. Kompi D/330 di Kotabangun sebelah timur (cot . Mayag). Pada pukul 11.00 WITA, Kie D/330 ditarik dari Kotabangun dan mengadakan gerakan melambung untuk menghambat gerak-mundur pasukan Permesta.
Akhirnya pada pukul 12.00 WITA pasukan Permesta Permesta mengundurkan diri. Dalam pertempuran tersebut Sersan Subito, Komandan Peleton II/A/330 dan Kopral II Karim dari Regu II/C/330 mendapat terluka kena tembakan. Kerugian musuh adalah 3 buah jeep dalam keadaan baik, 3 buah sepeda motor dan 3 buah sepeda kumbang dapat berhasil disita.
Percobaan pihak Permesta untuk merebut kembali Kotamobagu pun gagal. Usaha lain merongrong Kotamobagu adalah penembakan- penembakan dengan mortir, STB, pada pukul 24.00 WITA dari arah Barat, tanpa menimbulkan dampak atau kerugian apapun.
Setelah Kotamobagu dikuasai sepenuhnya, maka Yon Infantri 330/Kujang/Divisi Siliwangi mendapat perintah dari Komandan RTP V/Brawijaya, yang di B/P-kan selama pelaksanaan operasi di Kodam Merdeka itu untuk merebut dan menghancurkan benteng terkuat sesudah Kotamobagu, yakni di Manembo. Benteng Permesta di Manembo direbut pada tanggal 24 September 1959.
Kembali ke Kotamobagu, selain Divisi Siliwangi, Batalyon Brawijaya dan Mobrig 520 (mobil brigade) dari Polri turut berperan dalam pembebasan Kotamobagu dan Bolaang Mongondow.
Politik Permesta di Bolaang Mongondow dilakukan dengan ratusan manis dan tipu muslihat. Banyak yang ikut terlibat yang menyebabkan daerah yang kala itu baru mulai membangun, luluh lantak. Situs-situs berharga seperti Komalig (rumah raja) Mongondow, Bolango, dan Bolango Itang dijarah dan dibakar tak tersisa. Pada sosio-kultural, terjadi perpecahan oleh adu domba. Operasi intelijen kelas dunia oleh Belanda dan dibantu AS sukses di awal, sebelum ditumpas. Banyak darah rakyat tertimpa, nyawa melayang, harta benda ludes.
Belajar dari sejarah, jauh pertikaian, lepaskan segala kepentingan. Motobatu molintak kon Totabuan.
*Penulis, anggota Polri, periset, penulis dan pemerhati sejarah dan adat-budaya BMR.