Oleh:
Sumitro Tegela*
Sangat menarik mempelajari berbagai literatur tentang catatan tua kota Kotamobagu. Kotamobagu merupakan kota yang berada di pusat jantung semenanjung Utara Sulawesi. Jarak dari ibukota provinsi Sulawesi Utara (Sulut), yakni kota Manado dapat di tempuh dengan jarak sekitar 180 KM.
Kota Mobagu berasal dari bahasa Mongondow, mobagu artinya baru atau kota yang baru. Kenapa menjadi kota yang baru?
Di wilayah Bolaang Mongondow Raya terdapat empat kerajaan yakni Bolaang, Kaidipang Besar (gabungan dua kerajaan: Bolang Itang dan Kaidipang), Bintauna dan Bolang Uki. Di abad ke-18, empat kerajaan ini membangun hubungan awal dengan pihak Hindia Belanda. Kemudian disepakati kontrak panjang (lang contract) dengan Gubernur Hindia Belanda, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kerajaan Kaidipang lang contract, Raja Tiaha Toruru Korompot 21 April 1855, tahun 1857-1858, arsip XXXV No. 2. Kaidipang dan Bolangitang kemudian digabung menjadi satu kerajaan, Kerajaan Kaidipang Besar melalui Raja Ram Soeit Pontoh dengan kontrak pendek (corte verklakring), 1 tanggal 26 April 1913 untuk tahun 1913-1914, arsip 345 Nomor 26.
Kerajaan Bolaang lang contract, Raja Adrianus Cornelis Manoppo tanggal 8 September 1856 (1859-1860) arsip Lv Nomor 12.
Kerajaan Bolang Uki lang contract Raja Mohammad Alijudini Iskander Gobel Radiaman 1 November 1856 (1857-1858) arsip XXXV Nomor 5.
Kerajaan Bintauna lang contract Raja Elias Datunsolang 24 September 1857,1858-1859, arsip 27 Nomor 7.
Di tahun 1901 pihak Nedherlandsch Indie mulai membangun hubungan melalui politik etis dengan lima kerajaan di antaranya adalah pendidikan dan kesehatan. Pada tahun 1905 dewan kerajaan di lima kerajaan kemudian membuat proposal tanggal 5 Mei 1905 Nomor 50, agar lima kerajaan itu: Bolaang, Kaidipang, Bolang Itang, Bintauna, dan Bolang Uki disatukan dalam satu department Divisi Bolaang Mongondow.
Proposal ini oleh Hindia Belanda diterima oleh Gubernur Batavia melalui keputusan 10 Januari 1906 Nomor 82 (Ind. STBL. 1906 Nomor 41). Dengan demikian maka kerjasama di bidang investasi, pendidikan, kesehatan dan pemerintahan disepakati bersama.
Kelima kerajaan ini adalah kerajaan mandiri yang berpemerintahan sendiri dan bukan wilayah taklukan Hindia Belanda (zelfbestuur). Dalam riwayat cerita o’uman secara turun temurun (tradisi lisan, Red) bahwa penyatuan dari kelima kerajaan ini dilaksanakan di Kottabangon melalui musyawarah besar para raja yang dikenal dengan Bakid Moloben. Kegiatan ini sebelumnya telah dirapatkan di istana Komalig Kerajaan Kaidipang Besar.
Kota Mobagoe
Pada saat penempatan pejabat controlour yang pertama, yakni Contolour Venhuisen, pihak kerajaan Bolaang di Kottabangon memberikan tempat berupa kantor yang pertama, berada di kaki gunung Sia dekat Poopo. Namun posisi di Sia dianggap kurang strategis, walaupun perencanaan kota mulai digarap oleh pihak kontrolour dengan menambah perluasan wilayah.
Namun rencana ini mendapat tantangan dari masyarakat terutama wilayah Pontodon yang akhirnya memantik perlawanan dari masyarakat Pontodon. Untuk meminimalisir situasi agar tidak berkembang, pihak kerajaan memberikan kesempatan untuk memindahkan kantor kontrolour berada di dekat lokasi istana komalig kerajaan di Kottabangon.
Dengan demikian, rencana kota baru yang mulai di garap oleh pemerintah Hindia Belanda di Desa Sia pun kandas. Begitu pembangunan selesai, atas saran Raja Datu Cornelis Manoppo kepada Controlour F Junius, dilakukan penggantian nama Kota Baroe menjadi Kota Mobagu yang diambil dari Bahasa Mongondow, Mobagu, yang artinya baru.
Usulan ini segera disampaikan ke Gubernur Batavia melalui Besluit 10 Januari 1906 IF 32 (Staatblads IF.41) bahwa penyebutan “Kota Baroe” diubah menjadi “Kota Mobagoe” -dengan ejaan lama– dan mulai ditetapkan melalui keputusan Besluit Van De Governeur-Generaal Van Nedherlandsch Indie Van 29 September 1910 IF.26.
Sejak ditetapkan pergantian Kota Baroe menjadi Kota Mobagoe, maka kota yang baru ini kemudian menjadi Ibukota Administrasi Utama Kerajaan Serikat Bolaang Mongondow di tahun 1927.
Federasi Statuut Kerajaan Serikat Bolaang Mongondow yang telah berpusat di Kota Mobagoe ini kemudian dibagi menjadi dua divisi, Mongondowsch Zuid (Selatan) dan Noorden (Utara) Mongondowsch.
Mongondow Utara terdiri atas dua kabupaten dan dua kerajaan yaitu:
Kabupaten Pasi dipimpin Panggulu.
Kabupaten Bolaang dipimpin Panggulu.
Kerajaan Bintauna dipimpin Raja.
Kerajaan Kaidipang Besar dipimpin Raja.
Dan Mongondow Selatan terdiri atas tiga kabupaten dan satu kerajaan yaitu:
Kabupaten Lolayan dipimpin Panggulu.
Kabupaten Dumoga dipimpin Panggulu.
Kabupaten Kotabunan dipimpin Panggulu
Kerajaan Bolang Uki dipimpin Raja.
Wilayah yang terluas dari keempat kerajaan –Bolang Itang dan Kaidipang sudah dilebur jadi satu, Kaidipang Besar– adalah kerajaan Bolaang. Kerajaan Bolaang dibagi menjadi lima kabupaten dan setiap kabupaten dipimpin panggulu.
Pusat pendidikan sekolah Belanda Holandeschool berada di Kotamobagu. Cabang sekolah menyebar di dua divisi Mongondow Utara dan Mongondow Selatan. Seluruhnya terdiri atas 17 cabang sekolah. Pusat pelayanan kesehatan pun berada di Kotamobagu dengan didirikannya rumah sakit Datu Binangkang. Adapun cabang pelayanan kesehatan berada di Bintauna, Kaidipang, Bolang Uki dan Kotabunan.
BACA JUGA: Bedah Buku: De Zending In Bolaang Mongondow (Bagian I)
Setelah Indonesia merdeka di tahun 1945 dan di masa terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat) 1948-1950, Kerajaan Serikat/Swapraja Bolaang Mongondow bergabung ke NKRI pada tanggal 1 Juli 1950. Sebulan kemudian, pada tanggal 1 Agustus 1950 Republik Indonesia Serikat dibubarkan dan menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Swapraja Bolaang Mongondow berubah menjadi Daerah Bolaang Mongondow melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 1953, kemudian ditetapkan menjadi Daerah Bolaang Mongondow melalui Undang-Undang (UU) Nomor 23 dan 24 Tahun 1954. Di posisi ini, empat kerajaan yang dahulu sudah menyatu tetap juga menyatu menjadi Daerah Bolaang Mongondow yang kemudian menjadi Daerah Tingkat (Dati) II Kabupaten Bolaang Mongondow dalam Provinsi Sulawesi Utara di tahun 1964. Kotamobagu -ejaan yang disempurnakan– menjadi ibukota Dati II ini.
Kota Kotamobagu (KK)
Kotamobagu kini telah mekar dari Kabupaten Dati II Bolaang Mongondow menjadi Kota Kotamobagu, biasa disingkat “KK”. Status daerah otonom ini lewat UU Nomor 4 Tahun 2007 (tentang Pembentukan Kota Kotamobagu di Provinsi Sulawesi Utara, Red).
Setiap tanggal 23 Mei diperingati sebagai Ulang Tahun. Artinya, KK akan memasuki usia yang ke-14. Walau begitu, dalam konteks sejarah, budaya dan peradaban Bolaang Mongondow Raya juga wajib diberikan nilai histori fakta sejarah melalui Penetapan HUT Kotamobagu yang ke- 111 tahun pada tanggal 29 September 2021.
BACA JUGA: Membaca Filosofi Sejarah Kotamobagu Menuju Usia 110 Tahun
Kotamobagu adalah pusat penyatuan etnik utama empat kerajaan: Bolaang, Kaidipang Besar, Bintauna dan Bolang Uki. Tak hanya itu, kini Kotamobagu telah menjadi pusat kawasan multi etniknya Indonesia yang terdiri dari berbagai macam ras suku dan agama.
Semoga kelak sejarah akan kembali mengulang, Kotamobagu akan menjadi satu kota wujud penyatuan wilayah Bolaang Mongondow Raya, jadi ibukotanya Provinsi Bolaang Mongondow Raya. Semoga.
*) Penulis adalah anggota Polri, periset, penulis, dan pemerhati sejarah, budaya, dan adat BMR. Sumber olahan: “Inlandsch En Hollandsch-Inlandach Onderwijs”, “Staatsblaad Van Nederlandsch-Indie Over Het Jaar 1910”, dan “Swapraja Sulawesi”.